13 Januari 2010

Polisi Tahan Dua Truk Bermuatan 400 Liter Solar

* Untuk Operasional Alat Berat di Lokasi Proyek

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Aparat Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Ende menahan dua unit truk masing-masing dengan nomor polisi EB 2235 AA dan EB 2496 A yang mengangkut 400 liter BBM jenis solar. Alasan polisi menahan dua truk bermuatan solar tersebut karena diduga ada indikasi penyalahgunaan pemanfaatan BBM jenis solar bersubsidi. Hal mana solar tersebut dibeli dengan harga subsidi dan digunakan untuk kegiatan industri yakni untuk operasional peralatan berat di lokasi proyek atau digunakan dalam kegiatan bisnis. Hal mana bertentangan dengan Undang-Undang Minyak dan Gas.


Hal itu dikatakan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Ende, AKP Eko Mei Cahyo kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Sabtu (9/1). Eko mengatakan, BBM jenis solar tersebut dibeli pemiliknya Frengki Ratu Taga dari SPBU Ndao. BBM jenis solar tersebut direncanakan akan di bawa ke lokasi proyek. Penangkapan dua truk tersebut pada saat dilakukan partoli dan mengikuti dua truk tersebut. Penangkapan dan penahanan dilakukan di Mbomba sekitar pukul 17.00 pada Jumad (8/1).


Menurut Eko, penahanan terhadap truk yang bermuatan 400 liter solar yang diisi di dalam dua drum tersebut karena kuat dugaan terdapat penyalahgunaan BBM bersubsidi untuk kegiatan industri. Menurut dia, jika untuk kegiatan industri atau untuk kegiatan bisnis termasuk kegiatan di proyek seperti itu, seharusnya BBM tidak diperbolehkan dibeli di SPBU. Namun modus yang digunakan oleh pemilik BBM adalah dengan membeli BBM jenis solar ini dari SPBU menggunakan jeriken. Setelah itu dibawa ke gudang untuk kemudian diisi di dalam drum. “Kalau untuk kegiatan industri seharusnya mereka beli langsung di pertamina dengan harga industri. Bukan beli di SPBU dengan menggunakan jeriken,” kata Eko.


Terhadap kasus ini, kata dia, polisi menahan dan mengamankan dua truk dan 400 liter solar. Polisi juga mengambil keterangan empat orang saksi masing-masing dua supir truk dan dua operator alat berat. Dalam pemeriksaan, keempatnya mengakui bahwa BBM jenis solar tersebut akan di bawa ke lokasi proyek untuk pengoperasionalan alat berat di lokasi proyek tersebut. Sementara pemilik kendaraan, kata Eko, sejauh ini belum diperiksa. “Katanya pemilik kendaraan dan solar ini masih di Surabaya jadi belum diperiksa.”


Terkait penetapan para tersangka, lanjut Eko, sejauh ini belum dapat dilakukan. Penetapan tersangka baru dapat dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lengkap dan setelah itu baru ditetapkan. Dia mengatakan, kemungkinan yang akan ditetapkan menjadi tersangka adalah pemilik kendaraan dan pemilik solar. Bahkan kata Eko, jika penggunaan BBM bersubsidi tersebut diatur di dalam RAB proyek tidak menutup kemungkinan pemilik proyek juga turut bertanggung jawab.


Frengki Ratu Taga, pemilik truk dan solar yang ditahan polisi per telepon dari Surabaya mengatakan, solar yang dia miliki itu memakat dibeli dengan harga subsidi dari SPBU di mana pada saat pembelian diisi di dalam jeriken. Setelah itu dibawa ke gudang untuk disalin ke dalam drum. Karena jika membeli langsung dengan drum tidak dilayani di SPBU. Karena itu dia membantah jika pekerjaan yang dilaksanakan selama ini harus menggunakan BBM indsutri karena kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan bukan masuk kategori kegiatan industri. Menurutnya, baru dikatakan solar industri jika dimanfaatkan untuk menghasilkan seperti pada pemanfaatan solar untuk produksi aspal di Aspal Maxing Plan (AMP). Namun pekerjaan jenis lapeng yang dia kerjakan itu tidak mengharuskan penggunaan solar industri.


Bahkan, kata Frengki, di dalam RAB proyek tersebut juga tidak mensyaratkan untuk menggunakan solar industri. Namun, lanjut dia, di dalam RAB mensyaratkan menggunakan solar bersubsidi. “Jadi kalau di RAB pakai solar subsidi lalu kalau saya pakai solar industri saya bisa bangkrut. Semua kontraktor yang kerja proyek lapen pake solar subsidi,” kata Frengki. Apalagi, kata dia, jika menggunakan solar industri diharuskan membeli paling kurang 5000 liter atau satu tangki mobil. Jika kebutuhan hanya 400 liter dan diharuskan membeli solar industri 5000 liter jelas tidak mungkin dan sangat merugikan mereka. “Saya rasa tidak bersalah karena dibayar oleh negara dengan solar subsidi. Lain hal kalau negara bayar saya solar industri dan saya pakai solar subsidi, itu saya pencuri.”




Fransiskus Taso Dapat Dukungan Mutlak Pimpin DPC PDIP Ende

* Didukung Seluruh PAC yang Hadiri Konfercab III

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Fransiskus Taso yang saat ini menjabat Wakil Ketua DPRD Ende dan duduk di lembaga Dewan dari PDI Perjuangan, berhasil mendapatkan dukungan mutlak dari 17 Pengurus Anak Cabang (PAC) yang hadir dalam Konferensi Cabang III DPC PDI Perjuangan. Atas dukungan mutlak tersebut, Fransiskus Taso akhirnya terpilih secara aklamasi dalam Kofercab III PDI Perjungan untuk memimpin DPC PDI Perjuangan Ende lima tahun ke depan atau untuk periode 2010-2015.


Dalam Pemandangan Umum dari PAC yang hadir dalam Konfercab yang digelar di Hotel Dwiputra, Jumad (8/1) tersebut, hanya satu nama yang disebut oleh 17 PAC untuk dicalonkan menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ende periode 2010-2015. Tiga PAC dalam konfercab III ini tidak hadir yakni dari PAC Maurole, PAC Detukeli dan PAC Ende Selatan. PAC Maurole dan PAC Detukeli belum ada SK setelah adanya pembebasan tugas ketua PAC dari DPD pada waktu pemilihan kepala daerah yang lalu. Sedangkan PAC Ende Selatan kepengurusannya sudah ada namun pada waktu Konfercab mereka belum diterbitkan SK sehingga tidak memiliki hak suara.


Setelah melalui sejumlah mekanisme yang ada di dalam Konfercab III ini, Pimpinan Sidang, Eman Kolfidus kemudian menyampaikan kepada forum Konfercab bahwa mengingat hanya ada satu nama yang mendapat dukungan dari 17 PAC maka pemilihan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ende dilakukan secara aklamasi. Seharusnya, kata Kolfidus, jika ada sejumlah nama yang disebutkan dalam pemandangan umum dari PAC maka dilakukan perengkingan. Calon yang menempati perengkingan tertinggi yang akan ditetapkan menjadi ketua. “Tapi karena dari 17 PAC hanya menyebut nama Bapak Fransiskus Taso maka secara aklamasi kita menetapkan Fransiskus Taso sebagai Ketua DPC PDI perjuangan Kabupaten Ende.”


Fransiskus Taso dalam pidato politiknya usai pelantikan mengatakan, sebagai ketua DPC terpilih, berkomitmen bersama-sama jajaran pengurus menjaga eksistensi partai dengan cara memperbaiki hal-hal yang kurang baik terutama menyangkut konsolidasi dan pengelolaan manajemen partai. “Lebih dari pada itu kami berjanji akan berusaha semaksimal mungkin dengan segenap potensi dan sumber daya partai yang ada akan melaksanakan seluruh amanat Konfercab III dengan penuh rasa tanggung jawab,” kata Taso yang pada kepengurusan sebelumnya menjabat sekretaris partai.


Dia mengakui, pengurus DPC tidak dapat berjalan sendiri dalam membangun partai dan DPC bukanlah jabatan yang semata-mata diagungkan tetapi menyadari peran DPC justru sangat menentukan keberhasilan atau tidak program dan kegiatan partai. Dia berharap kepada jajran pengurus DPC untuk menjalin kerja sama dan membina komunikasi yang intens dalam nafas persaudaraan kepada semua potensi partai terutama kepada sesama pengurus DPC, PAC, Pengurus Ranting dan PAR. Menurut Taso, dengan memperkuat struktur organisasi berarti sedang memperkuat tulang dan otot partai menjadi kuatr, kokoh dan teguh. “Jika hal ini dapat kita lakukan maka seluruh agenda partai seberat apapun akan dilaksanakan dengan baik.”


Apalagi, kata Taso, merujuk pada tema Konfercab, “Dengan semanagat baru kita tingkatkan profesionalisme kader yang berkepriabdian mandiri dan martabat”, hendaknya semua kader partai terutama yang telah dipercayakan masuk dalam komposisi kepengurusan DPC untuk benar-benar menjaga harkat dan martabat partai kapan dan di manapun berada. Seluruh kader juga diharapkan menunjukan jati diri sebagai kader yang profesional dan berkepribadian yang mandiri dan bermartabat karena dari sanalah martabat partai akan nampak.

Victor Mado Watun, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan NTT pada kesempatan pelantikan itu mengatakan, kepengurusan yang telah terbentuk dan dilantik ini hendaknya mampu bekerja sama untuk membesarkan partai di waktu-waktu mendatang. Untuk bisa menjalin komunikasi yang baik diantara jajaran pengurus partai, dia mengajak untuk memperbanyak rapat-rapat partai. Dia juga mengingatkan kepada jajaran partai untuk tidak saling menjual untuk menjatuhkan sesama kader.


Sebelumnya, Chen Abubakar, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan NTT saat membuka Konfercab III mengatakan, momen konfercab ini bukan sekadar untuk mengganti pengurus baru tetapi juga konsolidasi dan perencanaan program untuk lima tahun ke depan. Chen juga mengingatkan kepada jajaran partai perjalanan partai 10 tahun belakangan ini. Dia mengatakan, DPC PDI Perjuangan Ende merupakan daerah menarik. Ende memiliki cirikhas tersendiri. Tahun 1999-2004, Ende adalah salah satu DPC dengan jumlah anggota DPRD paling banyak. Namun Ende juga paling banyak kehilangan anggota DPRD pada pemilihan umum tahun 2004. selain itu, DPC Ende merupakan DPC yang paling banyak menimbulkan masalah dan mengajuikan paket calon yang hanya mendapat raihan lima suara.


DPC Ende, kata Chen juga merupakan DPC pertama di NTT yang dipercaya menyelenggarakan Konferensi Daerah yang dihadairi Megawati dan dipimpin langsung oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan Sucipto. DPC Ende, juga merupakan DPC yang pertama yang menggelar kursus kader dan merupakan DPC paling banyak gonta-ganti ketua partai. Selain itu, kata Chen, DPC Ende merupakan DPC yang susunan kepengurusan yang diajukan berbeda dengan susunan kepengurusan yang dilantik dan menjadi satu-satunya DPC di NTT yang mengajukan calon bupati dan wakil bupati secara koalisi dan menang. DPC Ende juga merupakan DPC yang memenangi mutlak paket Fren pada pemilu kepala daerah yang lalu bahkan mengalahkan Flores timur dan DPC yang pada tahun ini paling pertama menggelar Konfercab.


“Dari semua catatan ini, lihat DPC Ende memiliki ciri khas tersendiri. Sebenarnya di Ende memiliki SDM di PDIP sangat baik tetapi ada sedikit soal dalam memenej partai yang kadang kepentingan pribadi didewakan dan partai diabaikan. Ini jadi perhatian dan siapa yang dipilih bisa lakukan loncatan paling tidak perbaiki citra lewat momen pemilu legislatig.” Dia mengajak kepada jajaran kepengurusan DPC yang akan terbentuk untuk menghilangkan fitnah dan melakukan konsolidasi dengan etika dan dengan semangat beriman dan menghilangkan saling gontok untuk mengembalikan roh partai.


Komposisi pengurus inti DPC PDI Perjuangan Ende, ketua Fransiskus Taso, Wakil Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemili, Yustinus Sani, Wakil ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi, Kalisetus Gebo, Wakil Ketua bidang Ideologi dan Kaderisasi, Fransiskus X Tiro, Wakil Ketua Bidang Infokom, Mathias Sato, Wakil Ketua Bidang Pemuda, Pelajar, Mahasiswa dan Olahraga, Hasan basri, Wakil ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Kesra, Prasedis Edhota Dhiki, Wakil Ketua Bidang Buruh, Tani dan Nelayan, Maurits Pala, Wakil ketua Bidang Pembangunan Daerah dan Pemerintahan, Eugenia Goreti Lay Lado, Wakil ketua Bidang Hukum, HAM dan Advokasi, Syarifudin. Sekretaris, Lasarus Rapa, Wakil Sekretaris Bidang Internal, Siprianus Gharu, Wakil Sekretaris bidang Eksternal, Anselmus Rae, Bendahara, Novel Alhabsy, Wakil bendahara Bidang Inventarisasi dan kekayaan partai, Agustinus Ndopo.




Antisipasi Panas Panjang, Pemerintah Lakukan Berbagai Alternatif

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Upaya pemerintah dalam mengatasi panas panjang dan curah hujan yang tidak menentu yang akan berdampak pada kemungkinan terjadinya penurunan produksai dan produktifitas hasil-hasil pertanian pemerintah berupaya mengatasinbya degan melakukan upaya antisipasi. Pemerintah berupaya melakukan peningkatan intensitas pemantauan terhadap aktifitas usaha tani dan situasi ketahan pangan di setiap desa/kelurahan juga mendorong petani mengembangkan komoditi tanaman pangan dan holtikultura yang dapat menghasilkan pada kondisi curah hujan yang terbatas.


Langkah antisipatif ini disampaikan Bupati Ende Don Bosco M Wangge dalam jawaban pemerintah atas pandangan umum Fraksi Gabungan Pemuda Kebangsaat Berdaulat dalam rapat paripurna, Sabtu (9/1). Dijelaskan, langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah mengatasi panas panjang dan curah hujan yang tidak menentu yakni dengan meningkatkan intensitas pemantauan terhadap aktifitas usaha tani dan situasi ketahan pangan di setiap desa/keluarahan. Pemerintah juga mendorong petani untuk mengembangkan komoditi tanaman pangan dan holtikultura yang dapat menghasilkan pada kondisi curah hujan yang terbatas.


Selain itu, pemerintah juga mendorong petani untuk melakukan penganekaragaman tanaman untuk mengurangi resiko gagal panen. Langkah lain yang dilakukan pemerintah adalah berupaya mendorong petani untuk menintesifkan pemeliharaan atau perawatan terhadap komoditi tanaman perkebunan dan peternakan agar dapat ditingkatkan produksi dan produktifitas yang pada gilirannya akan membantu petani dalam hal aksesibilitas pangan di tingkat rumah tangga.


Pemerintah, kata Bupati Wangge juga berupaya meningkatkan indeks pertanian dan sawah serta memotifasi petani untuk menjual beras hasil usaha tanunyta keluar daerah melalui peningkatan peran dan fungsi lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP). Pemerintah juga tetap memotifasi petani untuk menghindari aktifitas sosial budaya yang cenderung pada pemborosan. Mengembangkan lumbung pangan desa (LPD) untuk tersedianya cadangan pangan di desa dan melaksanakan intervensi rawan pangan.


Sebelumnya, Heribertus Gani dari Fraksi Gabungan Pemuda Kebangsaan Berdaulat saat membacakan pandangan umum fraksi meminta pemerintah perlu bersikap antisipatif dengan berbagai program dan kebijakan yang dapat membantu mencukupi ketersediaan pangan keluarga menyusul curah hujan yang sangat minim pada musim tanam 2009/2010 ini.


Pantauan Flores Pos di beberapa lokasi, tanaman jagung yang ditanam para petani tidak dapat berkembang dengan baik. Bahkan sejumlah tanaman jagung dan tanaman lainnya di kebun-kebun warga tidak bisa bertahan hidup karena minimnya curah hujan yang terjadi akhir-akhir ini. Para petani juga belum berani menanam ulang karena hujan belum turun secara tetap dalam minggu-minggu terakhir.




Grand Wisata Hotel Resmi Beroperasi

* Siap Mendukung Program Pemerintah Kabupaten Ende

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Grand Wisata Hotel resmi mulai beroperasi setelah diresmikan oleh Bupati Ende Don Bosco M Wangge. Pada saat pengresmian, juga dilakukan pemberkatan seluruh fasilitas Grand Wisata Hotel. Ibadah dan pemberkatan hotel dipimpin Mgr. Vincentius Sensi Potokota. Pengguntingan pita dilakukan oleh Bupati Don Wangge didampingi IbuFelisitas Masdiana Bali Wangge, Mgr. Vincentius Sensi Potokota dan Muspida yang hadir. Usai penguntingan pita Bupati Wangge juga menandatangani prasasti pengresmian hotel. Usai pemotongan pita dan penandatanganan prasasti, bupati didampingi istri bersama seluruh undangan meninjau setiap kamar dan seluruh fasilitas yang disiapkan manajemen hotel.


Mgr. Sensi pada khotbah singkatnya dalam ibadah pemberkatan Grand Wisata Hotel bertempat di Kelimutu Room, Kamis (7/1) mengatakan, Ende memiliki kemajuan yang bisa dibandingkan dengan tempat-tempat lain walau kemajuan yang ada belum sebanding dengan kemajuan di daerah lain yang telah jauh lebih maju. Namun menyaksikan kondisi bangunan dengan seluruh fasilitas yang ada, kata Mgr. Sensi, dirinya sudah terpesona atas kesiapan rumah ini dalam menyambut para tamunya. Kepada pemilik hotel den segenap undangan yang hadir, Mgr Sensi mengatakan apapun yang dicapai dan apa yang telah dibangun di dalam kehidupan tidak terlepas dan tidak mungkin dapat dicapai tanpa kehadiran terang dari Dia (Allah) yang empunya segala-galanya. “Tuhan menentukan kesusksesan, keberhasilan yang dicapai di dalam hidup ini.”


Dikatakan, merujuk pada surat kepada Ibrani, jelas mengatakan bahwa semua bangunan dikerjakan oleh ahli bangunan. Tetapi terlepas dari semua itu, banguna yang ada dibangun oleh Allah. Oleh karena itu ketika mensyukuri keberhasilan pembangunan hotel ini tidak bisa meninggalkan terang dari Allah.


Alex Longginus, mantan bupati Sikka saat menyampaikan sambutan mewakili pihak keluarga mengatakan, hotel ini keluarga persembahkan untuk pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ende. Kehadiran hotel ini merupakan wujud partisipasi keluarga terhadap pembangunan di kabupaten ini. Diakuinya, seluruh masyarakat tentu tahu keberadaan hotel ini yang sebelumnya bernama Hotel Wisata dan pemilik terakhirnya saat ini sedang bermasalah dengan APBD. Namun, kata Longginus, terkait pembangunan Grand Wisata Hotel ini sama sekali tidak ada keterkaitan dengan persoalan tersebut karena proses jual beli semuanya sudah dilakukan dan sudah final.


Dia berharap, kehadiran Grand Wisata Hotel menjadi salah satu hotel yang terbaik di Ende. Kehadirannya juga berkat dukungan dari hotel-hotel dan penginapan lainnya yang sudah ada di Ende. Untuk itu ke depannya, harap Longginus yang adalah bapak angkat pemilik hotel ini Dionisius A Siu Go, tetap terjalin hubungan baik dan kerja sama dengan htel-hotel lainnya yang sudah ada saat ini. “Hadirnya Grand Wisata Hotel tidak untuk mematikan tetapi memberikan alternatif kepada siapapun yang ingin penginapan yang lebih aman dan nyaman.”


Bupati Ende Don Bosco M Wangge mengatakan, pembangunan hotel yang dilakukan oleh A Siu menunjukan bahwa A Siu berbuat sesuatu untuk kabupaten tanpa menanyakan apa yang telah dibuat daerah untuk A Siu. Kehadiran hotel sebagai sarana atau bagian tidak terpisahkan dari daerah maka bermanfaat bagi orang banyak. Kehadiran hotel ini secara tidak langsung telah menciptakan lapangan kerja baru dan ada manfaat-manfaat yang secara tidak langsung tetapi ada. Keberadaan hotel ini juga menantang setiap orang untuk bisa berbuat sesuatu karena hotel ini harus diisi dengan hasil keterampilan seperti souvenir/ “Apa kita sudah siap? Ini tantangan bagi kami di birokrasi.”


Kehadiran hotel ini, lanjut bupati Wanggememaksa setiap orang untuk berbuat sesuatu dan memikirkan sesuatu. Berbicara pariwisata berbicara soal infrastruktur, sarana. Transportasi sudah layaktetapi selama ini dari sisi penginapan masih sulit. Pada kesempatan ini, Bupati Wangge menceritakan salah seorang turie dari Australia yang turun di Ende dengan helikopternya. Saat itu dia menanyakan apakah di Ende ada hotel yang memiliki kolam renang. Namun karena dijawab tidak ada, akhirnya turis tersebut langsung bertolak menuju Labuan Bajo. Kondisi seperti ini, kata Wangge sangat berpengaruh. Informasi yang disampaikan melalui mulut yang oleh Wangge diistilahkan mulutgram akan sangat berpengaruh. Orang-orang elit, kata dia mencari kesenangan dan secara perlahan sudah mulai dijawab dengan kehadiran hotel yang dibangun oleh A Siu.


Namun demikian, kata Wangge, harus ada pula hotel yang tarafnya berada di bawah Grand Wisata Hotel agar bisa saling mendukung. Dikatakan, apapun tingkatan hotel tersebut namun pelayanan merupakan hal yang paling penting. Untuk itu dia meminta agar pemilik dan manajemen hotel memperhatikan mutu pelayanan.

Pada kesempatan ini, Bupati Wangge juga kesal atas ketidakhadiran Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Ana Ani Labina. Menurutnya, momen seperti ini harusnya dihadiri oleh orang-orang dari Dinas Pariwisata. “Sangat tidak masuk akal kalau kegiatan begini kadis pariwisata tidak hadir. Tapi ini salah bupati tempatkan orang.”


Dionisius A Siu Go, pemilik Grand Wisata Hotel kepada wartawan mengatakan, niatnya membangun hotel seperti ini untuk membangun Kota Ende dan mendukung pariwisata. Dia melihat hotel yang dia bangun memiliki prospek yang cukup bagus di waktu-waktu mendatang. Dia melihat Ende berada di posisi tengah Pulau Flores dan sangat strategis apalagi dengan adanya Danau Kelimutu sehingga dengan fasilitas yang ada di hotel ini wisatawan akan condong datang dan menginap di Ende. Karena itu, kata A Siu, hotel yang dia bangun ini sasarannya adalah bagi kalangan menengah ke atas khususnya bagi wisatawan dan tamu dari luar daerah.


Manajemen Grand Wisata Hotel, kata A Siu juga akan mendukung program pengembangan pangan lokal yang digaungkan pemerintah. Manajemen hotel bersedia bekerja sama dengan berbagai pihak untuk selalu menyiapkan menu pangan lokal. Juga akan dikembangkan produk-produk khas Ende dari pangan lokal seperti kripik pisang, ubi dan lainnya yang dapat dipasarkan di mini market Grand Wisata Hotel.


Dia mengatakan, selama masa promosi 1-2 bulan ke depan, manajemen hotel akan memberlakukan harga diskon. Namun untuk standar harga yang akan diberlakukan masing-masing untuk kamar standar Rp500 ribu per hari, kamar superior Rp600 ribu, kamar delux Rp700 ribu dan suite Rp900 ribu per hari. Ke depan, selain 26 kamar yang sudah mulai dioerasionalkan, pihaknya juga akan menambah lagi 20 kamar masing-masing 10 untuk kamar standar dan 10 untuk kamar superior.