13 Juni 2010

Orang Tua Siswa Protes, Pembagian Amplop Tidak Dihadiri Kepsek

* Di SMPN 1 Maurole

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Orang tua siswa pada SMPN 1 Maurole memprotes sikap kepala sekolah Laurensius Woka yang tidak hadir pada saat pembagian amplop hasil ujian nasional (UN) di sekolah tersebut pada Sabtu (8/5) lalu. Orang tua siswa bukannya tidak menerima anak mereka tidak lulus UN hanya saja mereka kecewa kepala sekolah lari dari tanggung jawab.


Hal itu dikatakan Sekretaris Komite SMPN 1 Maurole, Tris Beda per telepon dari Maurole, Sabtu (8/5). Menurut Tris Beda, persentase kelulusan di sekolah memang rendah yakni hanya 2,53 persen. Dari 167 siswa peserta UN hanya empat orang yang lulus. Namu, kata dia, banyaknya siswa yang tidak lulus itu diterima baik oleh orang tua siswa. Hanya saja, orang tua siswa sangat kecewa karena pada saat pengumuman dan pembagian amplop justru tidak dihadiri oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab di sekolah. Seharusnya, kata dia, kepala sekolah harus hadir dalam saat akhir pembagian ampolp. Hal itu agar dalam kesempatan itu bisa dibicarakan bersama rencana-rencana strategis apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki persentase kelulusan tahun pelajaran mendatang.


Ketidakhadiran kepala sekolah dalam pembagian amplop sempat diprotes para orang tua siswa. Sempat terjadi ketegangan di sekolah. Hanya saja tidak sampai menimbulkan kericuhan karena aparat Polsek Maurole siaga di sekolah dan mampu mengatasi situasi yang terjadi.


“Tadi kami hampir baku ribut tapi untung ada polisi dari Polsek Maurole. Kami sangat kecewa kepala sekolah tidak hadir,” kata Tris Beda.


Kondisi ini, lanjut dia, dinilai orang tua siswa sebagai upaya kepala sekolah yang merupakan penanggung jawab di sekolah tidak bertanggung jawab dan berupaya lari dari tanggung jawab. Pembagian amplop dilakukan oleh wakil kepala sekolah yang selama ini tidak mendapatkan tunjangan apa-apa. Ketidakhadiran kepala sekolah, kata Beda karena alasan dipanggil oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Namun setelah dicek ke Kepala Bidang SMP/MTs ternyata tidak ada panggilan untuk rapat dengan kepala sekolah di Ende.


Terhadap persoalan ini, dia meminta ke depan kepala sekolah harus bekerja lebih terbuka. Hal itu karena selama ini dia menilai kepala sekolah kurang terbuka dengan para guru yang mengajar di sekolah. Hal itu mengakibatkan bimbingan tes terhadap siswa sebagai persiapan UN tidak berjalan maksimal. Karena dinilai tidak bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, lanjut Beda, mereka meminta kepada dinas agar mengevaluasi kembali kinerja kepala sekolah. Bila perlu, kata dia, kepala sekolah bersangkutan dipindahkan saja dari sekolah tersebut dan digantikan dengan kepala sekolah yang lain.


“Kalau dia tidak bertanggung jawab kami akan sampaikan kepada dians untuk dipindahkan dari SMPN1 Maurole,” kata Beda.


Kepala SMPN 1 Maurole, Laurensius Woka per telepon pada Minggu (9/5) mengatakan, ketidakhadirannya dalam acara pembagian amplop bukan melarikan diri dari tanggung jawab. Ketidakhadirannya karena ada panggilan dari Bagian Umum Dinas PPO untuk mempertanggungjawabkan kegiatan di Maurole beberapa waktu lalu. Selain itu, sebelum ke Ende, pada malam harinya dia sudah berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah untuk menyampaikan hal-hal yang perlu disampaikan pada saat pembagian amplop.


Namun, kata Woka, terhadap ketidakpuasan orang tua siswa seperti itu adalah hal yang wajar. “Biasa pak. Kalau prestasi anak bagus orang tidak pernah lihat itu siapa yang kerja. Tapi kalau hasil buruk guru yang disalahkan,” kata Laurens Woka. Menurutnya, kehadiran pada saat pembagian amplop tidak mesti karena untuk membicarakan rencana pembenahan ke depan masa\ih ada rapat-rapat lain yang dapat digelar pada kesempatan lain.


Terhadap desakan untuk diganti, Woka katakan itu kewenangan dinas. Hanya saja, lanjut dia, jika berbicara peran, selama ini komite juga kurang berperan memberikan kontribusi terhadap sekolah. Mereka tidak pernah menggelar rapat bahkan saat sekolah meminta bantuan dana komite sampai saat ini tidak pernah direalisasikan. “Kalau komite salahkan sekolah apa kontribusi mereka untuk sekolah?” tanya Woka.

Tidak ada komentar: