30 Mei 2009

Keluarga Akbar Amir Sesalkan Pembatalan Sepihak Lurah Lokoboko

* Pengukuran Tanah Sengketa
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Pihak keluarga tergugat Akbar Amir sebagai ahli waris yang memenangkan perkara atas tanah yang disengketakan menyesalkan sikap lurah Lokoboko yang dinilai secara sepihak membatalkan pengukuran tanah oleh pihak BPN Ende pada 23 April yang lalu. Padahal, kelengkapan dan persyaratan untuk dilakukan pengukuran telah dipenuhi dan sejumlah persyaratan tersebut dikeluarkan dan ditandatangani oleh lurah Lokoboko.

Akbar Amir, ahli waris dari Amir Nggase, tergugat yang memenangkan perkara gugatan atas tanah seluas 20 hektare didampingi sejumlah keluarga di rumahnya di Lokoboko, Jumad (29/5) mengatakan, tanah yang disengketakan itu sudah ada putusan hukum tetap setelah dipersoalkan dengan para penggugat. Putusan hukum baik dari Pengadilan Negeri Ende, Pengadilan Tinggi Denpasar, Mahkamah Agung hingga peninjauan kembali (PK) sudah dikantongi pihak keluarga. Setelah mengantongi semua putusan itu, kata Amir, sebagai pihak tergugat yang menang dalam perkara perdata itu mereka menyiapkan seluruh dokumen dan persyaratan permohonan untuk dilakukan pengukuran ke Badan Pertanahan nasional (BPN) Kabupaten Ende. Dalam pengusulan itu, pihaknya telah melengkapi sejumlah data yang diperlukan seperti foto copi bukti surat pajak tiga tahun terkahir, pernyataan hak milik yang dikeluarkan kelurahan, pernyataan ahli waris dari pihak kelurahan dan lampiran putusan mulai dari PN Ende, PT Denpasar, MA dan PK.

Diakuinya, surat pernyataan hak milik dan surat pernyataan ahli waris dikeluarkan oleh lurah Lokoboko dan lurah yang menandatangani surat itu. Setelah semua dokumen dipenuhi, BPN turun melakukan pengukuran. Pada saat hendak dilakukan pengukuran, massa memblokir jalan masuk ke lokasi tanah yang luasnya diperkirakan lebih kurang 20 hektare. Akibat pemblokiran itu, lurah membatalkan secara sepihak pengukuran yang hendak dilakukan oleh pihak BPN. Sikap pemblokiran dan pembatalan itu dinilai merugikan pihaknya namun waktu itu pihaknya berupaya menahan diri. “Ini tanah warisan nenek moyang. Akan tetap kita pertahankan. Tapi kami tidak ke lokasi pemblokiran. Kami tahan diri.” Akhirnya, kata Amir, camat bersama arapat kepolisian dan tentara mendatangi rumahnya memberikan pengertian terkait pembatalan dimaksud.

Pembatalan Tidak Masuk Akal
Pembatalan sepihak oleh lurah itu, kata Amir dinilai sangat tidak masuk akal. Hal itu karena seluruh dokumen usulan dikeluarkan oleh lurah namuh menjadi janggal karena lurah sendiri yang kemudian melakukan pembatalan pengukuran tanah. Menjadi pertanyaan keluarga juga, katanya kalau dikatakan bahwa tanah itu masih dalam sengketa karena pihak keluarga sudah mengantongi putusan yang memiliki kekuatan hukum tetap. Lagi pula, kata Amir, sejak tahun 1969 hingga saat ini, dia yang membayar pajak atas tanah itu kendati di atas tanah seluas 20 hektare itu digarap banyak pihak dan ditempati oleh lebih kurang 60-an kepala keluarga. “Lurah bilang dibatalkan karena alasan keamanan. Padahal kami sudah buat surat jaminan keamanan.”

Dikatakan, setelah pengukuran pertama gagal dilakukan, pihak keluarga hendak mengajukan permohonan kedua untuk dilakukan pengukuran. Namun atas rencana pengajuan pengukuran itu, lurah Lokoboko katakan tidak dapat dilakukan karena merupakan tanah sengketa. “kalau tanah sengketa harusnya pajak tidak dibayar. Tapi kenapa selama ini kami bayar pajak mereka terima?” tanya Amir.

Tidak Pernah Tandatangan
Lurah Lokoboko, Maximus Ibu di Kantor Lurah Lokoboko, Jumad (29/5) mengatakan, untuk pengukuran tanah pihak pemilik tanah harus memenuhi seluru persyaratan yang ditandatangani oleh kepala desa atau lurah. Menyangkut rencana pengukuran tanah sengketa seluas 20 hektare itu, kata Ibu, kelurahan belum mengeluarkan surat-surat yang dibutuhkan tersebut seperti surat pernyataan hak milik dan surat pernyataan ahli waris.

Ditanya adanya surat tersebut yang saat ini sudah dikantongi pihak pemilik tanah, Ibu mengakui selama ini dia tidak pernah menandatangani surat itu. Diakui, memang pernah disodorkan sejumlah dokumen untuk ditandatangani namun dokumen itu menyangkut pengukuran lahan sawah di luar lokasi tanah sengketa bukan untuk pengukuran tanah sengketa. “Saya juga heran. Saat terima surat dari BPN mau ukur saya tanya mau ukur di mana. Kalau mau ukur di tanah sengeketa saya tidak pernah tandatangan surat.”

Faktor Keamanan
Terkait tudingan bahwa lurah Lokoboko membatalkan sepihak pengukuran tanah pada 23 April lalu, maximus Ibu mengatakan, pihaknya terpaksa mengambil sikap pembatalan karena situasi keamanan waktu itu. Apalagi, katanya, pada saat hendak dilakukan pengukuran, ada sejumlah massa yang memblokir jalan masuk ke lokasi tanah yang hendak diukur. Selain itu, ada surat dari pihak-pihak tertentu yang menyurati BPN untuk meminta penundaan pengukuran.

Hal itu terungkap jelas dalam surat BPN Ende yang menyampaikan pembatalan pengukuran yang ditujukan kepada lurah Lokoboko dan Akbar Amir. Dalam surat pembatalan pengukuran itu, BPN mendasarinya dari surat empat pemilik tanah masing-masing H. Usman A. Ly, Umar Amir dan kawan-kawan, markus HP Gadi Gaa serta penyampaian dari camat Ndona dan lurah Lokoboko. “Kita lihat situasi keamanan yang tidak memungkinkan sehingga minta penundaan.”

Senin, Polisi Turun Periksa Jalan Sokoria-Demulaka

* Kalau Terbukti Akan Ditindaklanjuti
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Menurut rencana, pada Senin (1/6) nanti, penyidik Polres Ende akan melakukan penyelidikan dengan melakukan peninjauan langsung ke lokasi pengerjaan proyek Sokoria-Demulaka di Kecamatan Ndona Timur. Jika ternyata dari hasil pemeriksaan terbukti adanya pengerjaan jalan yang bermasalah maka kasus ini akan ditindaklanjuti.

Hal itu dikatakan Kepala Kepolisian Resor Ende, AKBP Bambang Sugiarto di ruang kerjanya, Rabu (27/5). Terkait pemberitaan menyangkut pengerjaan jalan Sokoria-Demulaka yang disinyalir dikerjakan asal jadi itu, dia sudah memerintahkan kanit Tipikor Polres Ende untuk melakukan pengecekan di Dinas Pekerjaan Umum. Dari hasil pengecekan ke dinas itu, dilaporkan bahwa pekerjaan jalan Sokoria-Demulaka itu dikerjakan dengan baik dan telah selesai 100 persen.

Dilaporkan 100 Persen
Namun, katanya, dilaporkan pula bahwa pengerjaan jalan itu kondisinya kurang bagus dan belum 100 persen. Untuk itu, katanya, guna mengetahui kondisi yang sebenarnya apakah sesuai laporan Dinas PU ataukah tidak sesuai maka penyidik akan melakukan pemeriksaan langsung ke lokasi pekerjaan. “Senin ini rencana tim mau turun ke sana. Sprint sudah saya buat untuk tim turun ke sana.”

Kapolres Sugiarto mengatakan, saat ini polisi masih melakukan penyelidikan atas proyek jalan Sokoria-Demulaka itu. Jika nantinya hasil pemeriksaan ternyata benar-benar tidak sesuai dengan laporan dari dinas maka persoalan itu akan ditindaklanjuti.

Tidak Mau Komentar
Kontraktor pelaksana maximus Deki dari CV Kariber Karya per telepon kepada Flores Pos mengatakan, terkait rencana pemeriksaan oleh polisi di lokasi proyek dia tidak mau mengomentarinya.

Sebelumnya, Renggu Sirilus meminta aparat penyidik polisi untuk memanggil Ketua Badan perwakilan Desa (BPD), Kepala Desa Sokoria, Inspektur Inspektorat Kabupaten Ende serta tim teknis dari Dinas Pekerjaa Umum agar dipanggil untuk dimintai keterangan. Pemeriksaan itu perlu karena mereka dinilai telah membuat pernyataan yang terkesan membohongi masyarakat bahwa bahwa jalan di Sokoria-Demulaka dikerjakan sangat bagus dan tidak ada kerusakan. Mereka dinilai telah membohongi masyarakat dengan membuat pernyatraan seperti itu. Aparat penyidik baik polisi maupun jaksa agar memanggil mereka guna dimintai keterangan karena dinilai ikut berkonspirasi dalam persoalan proyek jalan tersebut.

Menurut Sirilus, pernyataan Kepala Desa Sokoria, Arkadius Soba Poa dan Ketua BPD Sokoria, Benediktus Deo adalah pernyataan pribadi keduanya karena pernyataan yang dibuat itu tidak mewakili masyarakat di Sokoria. Apalagi, pernyataan yang dilontarkan keduanya itu sama sekali tidak sesuai dengan kondisi ril yang ada di lapangan. “Jadi pertanyaan, kenapa keduanya sampai membuat pernyataan seperti itu. Jangan sampai pernyataan itu dititip oleh orang-orang tertentu agar kasus ini jangan diteruskan. Itu kekhawatiran saya.”

Ditegaskan dia bahwa proyek yang dikerjakan oleh Maxi Deki dari CV kariber Karya itu banyak titik yang rusak. Perbaikan seperti yang dikatakan bahwa telah dilakukan itu pun terkesan hanya untuk menyenangkan hati masyarakat. Sedangkan dari sisi kualitas fisiknya sangat memprihatinkan. Dia memeprtanyakan indikator apa yang digunakan oleh kepala desa, ketua BPD, pihak Inspektorat dan Dinas PU sehingga menyatakan proyek tersebut bagus dikerjakan oleh kontraktor pelaksana bahkan sampai mengatakan tidak ada permasalahan dalam penegrjaan proyek itu.



163.459 Pemilih di Ende Ikut Pemilu Presiden

* Terbanyak di Empat Kecamatan Dalam Kota
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Ende dalam penetapan daftar pemilih tetap pemilu presiden memastikan sebanyak 163.459 pemilih telah terdaftar dan masuk dalam daftar pemilih tetap untuk memberikan hak pilihnya dalam pemilu presiden 8 Juli mendatang. Dengan penetapan ini KPUD memastikan bahwa hampir seluruh wajib pilih di wilayah Kabupaten Ende telah terdaftar semuanya apalagi dengan perpanjangan waktu penetapan yang seharusnya 24 mei ditunda ke 28 Mei.

Juru Bicara KPUD Ende, Vinsentius Maximus Moni kepada wartawan usai penetapan DPT di Sekretariat KPUD Ende, Kamis (28/5) mengatakan, berdasarkan jadwal seharusnya penetapan telah dilakukan pada 24 Mei lalu. Namun dalam rangka memaksimalkan pendataan pemutahiran jumlah pemilih maka jadwal penetepan DPT diundur ke 28 Mei. Sesuai jadwal itu, kata Moni, KPUD Ende telah melakukan penetapan DPT pada Kamis (28/5) yang dihadiri Ketua dan anggota KPUD Ende.

Alami Peningkatan
Berdasarkan penetapan tersebut, katanya, jumlah pemilih yang masuk dalam DPT mengalami peningkatan. Dibanding jumlah pemilih pada pemilu legislatif lalu, terjadi peningkatan lebh kurang 50 persen jumlah pemilih pada pemilu presiden mendatang. Jika pada pemilu legislatif lalu jumlah pemilih sebanyak 159.038 maka pada pemilu presiden mendatang, jumlah pemilih naik menjadi 163.459 pemilih. Jumlah ini, kata dia mengalami peningkatan sebanyak 4.421 pemilih.

Dikatakan, dari jumlah pemilih yang terdata itu, penambahan jumlah pemilih yang cukup signifikan terjadi di empat kecamatan dalam Kota Ende yakni Ende Tengah (18.480), Ende Timur (12.347), Ende Utara (11.307) dan Ende Selatan (15.395). Penambahan yang cukup signifikan itu, kata Moni terjadi karena di empat kecamatan kota ini banyak pelajar dan mahasiswa yang konsentrasi tempat tinggalnya berada di empat kecamatan ini. Dia berharap, dengan perpanjangan waktu pendaftaran dan pemutahiran data pemilih ini, paling kurang hampir semua warga wajib pilih telah didata untuk bisa menggunakan hak pilihnya dalam pemilu presiden mendatang. “KPU dan penyelenggara di tingkat bawah yakin benar semua wajib pilih sudah terdata.”

Pengunduran Serentak
Sebelumnya ketua KPUD Ende, Frans AR Senda mengatakan, pengunduran penetapan DPT itu tidak saja untuk Kabupaten Ende tetapi berlaku untuk seluruh Indonesia. Penundaan itu merujuk surat keputusan KPU Nomor 918/KPU/V/2009. Penundaan penetapan DPT itu dilakukan untuk memberi peluang untuk masa pemutahiran daftar pemilih sementara dan pengumpulan dan rekapitulasi DPT diperpanjang.

Dia berharap, dengan perpanjangan masa pemutahiran data pemilih sementara ini benar-benar dimanfaatkan oleh wajib pilih yang belum terdaftar untuk mendaftarkan diri. Jika masyarakat wajib pilih tidak dapat mendatangi KPUD yang saat ini telah membuka posko pendaftaran pemilih, wajib pilih dapat mendatangi PPS dan PPK. Dengan perpanjangan masa pendaftaran dan pemutahiran data pemilih ini, diharapkan semua warga wajib pilih dapat didaftarkan untuk bisa menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilu presiden 8 Juli mendatang. KPUD, katanya telah membuka posko pengaduan guna menerima pendaftaran warga wajib pilih yang belum terdaftar. Toleransi pendaftaran diberikan sampai 28 Mei pukul 00.00.



28 Mei 2009

Warga Paupire Dianiaya Oknum Polisi

* Lapor Minta Pemulihan Nama Baik
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Agustinus “Antris” Muda Makin, warga kelurahan Paupire Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende yang tinggal di kompleks Rumah Sakit Umum Daerah Ende tidak menyangka akan menjadi korban penganiayaan dilakukan oknum polisi di Polres Ende, Bripda Hisbullah. Awalnya dia pergi ke kantor polisi melaporkan bahwa dia merasa difitnah karena dituduh masuk ke rumah orang. Namun di kantor polisi, Bripda Hisbullah memaksanya dengan kekerasan untuk mengakui bahwa dia telah masuk ke rumah orang.

Antris Muda Makin pada Rabu (27/5) mendatangi Kantor Redaksi Flores Pos di Jalan El Tari. Dia mengatakan, dia dituduh pada Senin dinihari sekitar pukul 03.00 masuk ke rumah Ina Tha di Jalan Garuda. Padahal pada waktu itu, dia tidak ada di sana dan berada di rumahnya di Paupire. Atas tuduhan itu, dia dan keluarganya tidak terima baik dan mau melaporkannya ke kantor polisi karena merasa difitnah. Di kantor polisi, oleh Bripda Hasbullah, dia malah dipaksa mengaku telah masuk ke rumah Ina Tha. Bahkan, katanya, dia ditampar pipi kiri dan kananya ditinju pada bagian perut hingga muntah-muntah. Tidak itu saja, korban juga mengakui disuruh berlutut oleh Hasbullah dengan tangan ke belakang.

Polisi Mabuk
”Saya sempat protes. Saya bilang kae jangan gitu ko. Tapi dia malah bilang kau mau ancam saya,” kata Antris. Pasca dipukul, Antris yang menghadirkan istrinya untuk menjadi saksi bahwa pada malam kejadian dia di rumah bersama istrinya malah disuruh keluar dari ruang pemeriksaan. Antris mengakui, pada saat memukulnya Bripda Hisbullah dalam keadaan mabuk. Dia bahkan menunjukan botol yang katanya digunakan mengisi minuman keras. Antris bilang, Hisbullah sendiri katakan dia mabuk dan baru habis minum di sel dengan anak-anak.

Terhadap perbuatan penganiayaan yang dilakukan Bripda Hisbullah itu, kata Antris, polisi yang menangani kasusnya minta untuk diselesaikan secara damai. Berita acara sudah dibuat namun belum ditandatangani oleh Hisbullah. Dia juga menyesal kenapa Hisbullah yang menganiayanya tidak juga meminta maaf. “Ini yang buat kami keluarga marah. Kemarin keluarga sempat turun mau mengamuk.”

Tidak Diperkenankan Masuk
Kakak korban, An Muda Makin yang mendampingi korban ke Flores Pos mengatakan, saat adiknya diinterogasi mereka semua tidak diperkenankan masuk ke ruang interogasi. Namun saat mendengar suara tamparan, mereka langsung tidak terima dan mencoba mengamuk di kantor polisi. Melihat keluarga korban marah, Bripda Hisbullah langsung lari. Saat menginterogasi dan menganiaya korban, kata An, Bripda Hisbullah hanya mengenakan bajun kaus. Saat dia melihat keluarga mulai marah atas perbuatannya, Hisbullah lari dan mengenakan bajunya. “Dia sempat tunjuk nama di bajunya dan bilang hafal saya punya nama,” kata An.

Atas perbuatan penganiayaan terhadap Antris itu, katanya pihak keluarga tidak mau terima. “Adik kami ini mau minta pulihkan nama baik karena sudah difitnah. Eh sampai di polisi malah dianiaya dan dipaksa mengaku.” Pihak keluarga meminta agar Kapolres mengambil tindakan tegas atas oknum polisi yang telah menganiaya adik mereka itu. Tindakan tegas itu perlu agar menjadi pelajaran dan tidak lagi terjadi di kemudian hari terhadap orang lain.

Akan Ditindak
Kepala Kepolisian Resor Ende, AKBP Bambang Sugiarto di ruang kerjanya, Rabu mengataan, berdasarkan laporan yang diterima, persoalan itu sudah diselesaikan secara damai oleh kedua belah pihak. Kendati sudah diselesaikan, kata Kapolres Sugiarto, permasalahan itu akan ditelusuri. Pihaknya telah memerintahkan Kanit P3D untuk melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. Jika nantinya Bripda Hisbullah ternyata terbukti telah melakukan penganiayaan atas Antris Muda Makin maka akan ditindak apalagi jika benar informasi yang menyatakan bahwa dia melakukan perbuatan itu karena mabuk. “Yang langgar disiplin ya kita tindak. Apalagi dalam keadaan mabuk.”




Keluarga Korban Pengrusakan di Dolog Datangi Polres Ende

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos
Keluarga korban pengrusakan di Kompelks Dolog mendatangi Mapolres Ende Rabu (27/5). Mereka menyampaikan ketidakpuasan atas pernyataan kapolres Ende AKBP Bambang Sugiarto yang menyebutkan tempat usaha mereka yang dirusak oleh sekelompok massa, biasa dijadikan tempat mangkal anak-anak nakal yang sering melakukan pemalakan. Pernyataan itu sebagaimana dilansir Flores Pos.

Thomas AE Senda, korban pengrusakan ketika mendatangi Mapolres Ende berdialog dengan Kapolres Ende AKBP Bambang Sugiarto yang didampingi Kasat Reskrim, Iptu Nugraha Pamungkas.

Dalam dialog, Senda menyampaikan ketidakpuasan karena tempat usaha mereka disebutkan sebagai tempat mangkalanak-anak nakal yang sering melakukan pemalakan. Penilaian ini akan membuat citra tempat usaha mereka menjadi kurang baik di mata masyarakat.

Kapolres Sugiarto mengatakan, dalam pernyataannya yang dilansir Flores Pos yang menyatakan bahwa tempat usaha mereka selama ini biasa digunakan sebagai tempat mangkal anak-anak nakal dan sering melakukan pemalakan sehingga pada kasus penyerbuan, lokasi itu dijadikan sasaran tunggal amukan massa. Pernyataannya itu, kata dia bukan atas penilaiannya pribadi. Namun, lanjutnya, pernyataan itu didasari penyampaian dari pihak korban pengeroyokan . Selain itu, apa yang disampaikan itu merupakan data-data hasil pemeriksaan oleh penyidik.

Kepada pihak keluarga, Kapolres Sugiarto menyampaikan permohonan maaf jika pernyataannya dinilai telah membuat nama baik tempat usaha mereka menjadi kurang baik di mata masyarakat. Dia juga menegaskan agar masyarakat tidak serta-merta melakukan perbuatan main hakim sendiri dalam menyikapi setiap persoalan yang terjadi. Namun dia berharap agar masyarakat mempercayakan setiap penanganan kasus kepada aparat berwenang. “Jangan hakimi orang-orang tertentu atau tempat tertentu hanya atas penilaian sendiri.”


Terkait kasus pengrusakan dan ledakan bom di lokasi kejadian pada Minggu malam itu, polisi mengalami kesulitan karena massa dalam jumlah banyak. Namun, katanya, polisi akan terus melakukan penyelidikan guna mengetahui siapa oknum yang mengumpulkan massa dan melakukan pengerahan massa untuk melakukan penyerbuan. Demikian juga pelaku pengeboman pada malam itu, sejauh ini belum berhasil diidentifikasi. Polisi akan terus berupaya untuk mengindentifikasi. “Kalau ada titik terang akan ditindak.”

Dalam pendekatan dengan keluarga korban pengrusakan, kata Kapolres Sugiarto, pihaknya telah menyampaikan kepada mereka agar selalu memperhatikan tempat usaha mereka. Hal itu karena selama ini, di tempat itu biasa digunakan sebagai tempat mangkal anak-anak nakal. Anak-anak yang mangkal di tempat itu, kata dia, sering melakukan pemalakan sehingga pada kasus penyerbuan itu lokasi itu dijadikan sasaran tnggal amukan massa. Karena itu dia mengimbau kepada pemiliknya untuk selalu memperhatikan setiap anak yang mangkal di tempat itu agar tidak melakukan pemalakan dan tindakan menlanggar hukum lainnya. Selain melakukan pendekatan kepada keluarga korban, pihaknya juga turun ke Paupanda mengimbau warga untuk tidak mudah terpancing dan mempercayakan setiap proses hukum kepada aparat berwenang.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Ende, Iptu Nugraha Pamugkas mengatakan, polisi saat ini telah berhasil menangkap dua tersangka pelaku yang terlibat dalam pengeroyokan terhadap Farid. Kedua tersangka pelaku itu sudah ditahan untuk diproses. Selain menangkap dan menahan dua pelaku ini, polisi juga masih berupaya melakukan pengejaran terhadap dua tersangka pelaku yang terlibat dalam kasus pengeroyokan di Dolog yang berbuntut terjadinya penyerangan dan pengeboman pada beberapa waktu lalu. Kedua tersangka pelaku yang sudah masuk daftar pencarian orang (DPO) Polres Ende ini sudah berhasil diidentifikasi dan diketahui tempat persembunyiannya. Polisi tingal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan penangkapan atas keduanya. Keduanya diidentifikasi melakukan pengeroyokan terhadap Ali Hasan juga warga Paupanda.

Diakuinya, dalam kasus yang terjadi di Dolog ada dua kejadian pengeroyokan. Untuk pengeroyokan pertama dengan tersangka pelaku Farid, polisi sudah berhasil menangkap dua tersangka pelaku. Sedangkan yang terlibat dalam pengeroyokan atas Ali Hasan polisi sudah berhasil mengidentifikasi pelaku dan tinggal dilakukan penangkapan. Ditanya nama kedua pelaku, Nugraha katakan pihaknya belum bisa menyebut identitas kedua tersangka pelaku karena masih dalam proses identifikasi. “Kalau sduah kita tangkap dan proses baru bisa kita buka identitas mereka.”




Tim Sukses Bertekad Menangkan JK-Wiranto

* Komitmen Berdayakan Ekonomi Kerakyatan
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Tim Pemenangan Pasangan Jusuf Kalla (JK) dan Wiranto tingkat Kabupaten Ende bertekad memenangkan pasangan JK-Wiranto sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia dalam pemilihan umum presiden 8 Juli mendatang. Guna mewujudkan tekad itu, Tim Pemenangan JK-Wiranto Kabupaten Ende telah dibentuk dan akan membentuk tim pemenangan di tingkat bawah dan melakukan sosialisasi, penggalangan sampai ke tingkat akar rumput.

Hal itu ditegaskan Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Ende, Marselinus YW Pettu didampingi Ketua DPD Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Kabupaten Ende, Galdimus Ema Rayrego di Sekretariat partai Golkar yang juga sebagai Sekretariat Tim Pemenangan JK-Wiranto, Jalan WZ Yohanes, Rabu (27/5). Marsel Pettu mengatakan, sebagai langkah lanjut dari pembentukan Tim Pemenangan JK-Wiranto tingkat provinsi dan dengan semangat lebih cepat lebih baik, maka Tim Pemenangan JK-Wiranto Kabupaten Ende telah dibentuk pada 26 Mei yang lalu dengan ketua Herman Yosef Wadhi dan Sekretaris Damran I Baletti.

Koalisi Dua Partai Besar
Tim pemenangan ini, katanya terdiri atas koalisi dua partai besar yakni Partai Golkar dan Partai Hanura beserta seluruh simpatisan JK-Wiranto yang terakomodir di dalam tim pemenangan. Dikatakan, semangat dalam pembentukan tim didasari kedua figur Jusuf Kalla dan Wiranto selain sebagai calon presiden dan wakil presiden juga adalah pucuk pimpinan partai sehingga lebih dilandasi ketaatan dan kepatuhan hirarki partai sampai struktur yang terendah. “Kedua figur calon presiden dan wakil presiden adalah sama-sama sebagai ketua partai.”

Ditegaskan pula, paket JK-Wiranto adalah paket yang berkomitmen pada pemebrdayaan ekomoni kerakyatan lebi-lebih pada masyarakat terpinggirkan. Enda dan NTT umumnya tergolong daerah miskin dan masih sangat membutuhkan bantuan dalam kaitan dnegan pengentasan kemiskinan. Calon presiden yang adalah putra dari timur Indonesia dengan konsep pembangunan daerah terpinggirkan akan mewujudkannya mengingat selama ini masih berupa konsep yang belum diwujudnyatakan.

Satukan Dua Kekuatan
Marsel Pettu menegaskan, pasangan calon presiden dan wakil presiden merupakan gambaran dua kekuatan besar yang berkoalisi. Kendati dua partai berkoalisi masing-masing memiliki mesin partai yang terstruktur sampai ke tingkat kepengurusan paling bawah namun keduanya tidak dapat menggerakan mesin partai secara sendiri-sendiri. Untuk itu, perlu disatukan dua kekuatan ini mejadi wsatu kekuatan yang bisa bekerja bersama untuk memenangkan JK-Wiranto. “Tapi internal partai tetap kerja. Hanya perlu terfokus untuk pemenangan dengan pembentuka tim.”

Terbentuknya tim pemenangan ini, dia berharap seluruh kegiatan sosialisasi, konsolidasi dan penggalangan bisa berjalan. Akan diupayakan bekerja sama dan sama bekerja maksimal untuk melakukan sosialisasi, konsolidasi dan penggalangan ke tingkat akar rumput untuk memilih secara cerdas dan pada gilirannya menentukan pilihan pada pasangan JK-Wiranto. “Sebagai pimpinan aprtai, sangat harapkan konstituen Partai Golkar untuk bahi membahu satukan visi menangkan JK-Wiranto untuk jadi presiden Indonesia.” Untuk upaya itu, direncakanan dalam waktu dekat ini tim pemenangan akan dibentuk di tingkat kecamatan dan tingkat desa.

Kembalikan Kejayaan
Ketua DPD Partai Hanura Kabupaten Ende, Galdimus Ema Rayrego pada kesempatan itu mengatakan, pasangan JK-Wiwanto sangat dikedepankan pencitraan paket ini agar bisa mendapatkan sipati masyarakat. Pasangan JK-Wiranto, kata Galdino adalah pasangan yang ingin mengembalikan kejayaan NTT seperti masa Adrianus Moy di mana putra-putri terbaik NTT umumnya dan Flores khususnya dapat mendapat peran berkiprah di tignkat pusat seperti masa Adrianus Moy dulu. Untuk pemenangan pasangan ini, kata dia, akan berupaya menggerakan basis partai sampai ke anak ranting dan tim independen yang telah bekerja pada pemilu legislatif yang lalu.

Galdino mengatakan, jika Wiranto tampil akan selalu dikaitkan dengan pelanggaran HAM baik masa reformasi maupun HAM Dili Timor Leste. Namun, dari tuduhan-tuduhan itu dalam proses baik oleh Dewan Kehormatan Militer maupun oleh Komisi HAM Internasional, nama Wiranto bersih dan tidak terlibat dalam tindakan HAM seperti yang selalu diisukan.

Marsel Pettu menambahkan, dalam upaya pencitraan pasangan JK-Wiranto yang merupakan pasangan nusantara yang nasionalis, dia telah berupaya menyamaikan ke tim pusat untuk mengupayakan salah satu figur ini bisa turun ke Flores. Apalagi, katanya, selama ini keduanya telah berkunjung ke berbagai kalangan agama dan mengingat NTT dan Flores khususnya adalah daerah dengan mayoritas Katolik maka diharapkan salah satu dari pasangan ini bisa turun demi pencitraan nasionalis mereka.



27 Mei 2009

Mengapa Harus Aku

Oleh Hiero Bokilia

Ada yang aneh. Sekembalinya kami sekeluarga dari gereja usai mengikuti upacara misa Rabu Abu, perangai suamiku berubah total. Roberto Belarmino de Jesus suamiku tak seperti hari-hari sebelumnya. Ada kebiasaanya yang sudah menjadi tradisi perlahan ditinggalkan. Semula kubiarkan saja perubahan itu berjalan.
“Ada baiknya juga,’ pikirku. Kbeiasaan merokok dan minum kopi yang menurutku sudah sangat kelewat, kini perlahan mulai ditinggalkan. Kalau selama ini setiap habis batang pertama langsung disulutnya batang dji sam soe yang kedua, sudah tidak lagi. Bahkan jedah waktu kembali menikmatinya pun makin lama. Semua kebiasaan yang sudah kuhafal di luar kepala. Tapi yang membuatku kesal dan mulai menegurnya tat kala kebiasaan makan bersama ikut-ikutan beurubah. Tiap pagi kalau diajak sarapan dia selalu beralasan. Seribu macam alasan dikemukakan. Bahkan makan siang pun tak lagi dijalani. Aku dibuatnya penasaran.
Ku sarankan untuk berobat. “Mungkin papa kehilangan nafsu makan.” Ditolaknya ajakanku secara santun. Aku tak habis akal. Ku cari sendiri suplemen penambah nafsu makan untuknya, namun juga sia-sia. Setiap hari hanya air putihsaja yang jadi sanatapannya.
Aku tak habis pikir dibuatnya. Kala senggang setelah rehat menggambar desain gereja permintaan pihak keuskupan, waktu dihabiskannya membaca kitab suci. Setiap ku coba teliti kitab suci usai dibacanya, selalu kudapati bacaan kisah senggara Yesus yang menjadi bahan bacaannya. Aku tak curiga. Pikirku mungkin sedang masa prapaska saja jadi dia mencoba menghayati penderitaan Yesus.

Di gereja Paroki santu Yosef Onekore tempat kami biasa mengikuti perayaan misa, secara rutin menggelar kisah sengsara Yesus yang biasa kami kenal dengan sebutan jalan salib hidup. Namunsetelah sudah menjadi tradisi di paroki karena rutin diselenggarakan, ajang ini diangap biasa-biasa saja. Bukan lagi sebagai momen permenungan sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Akhirnya panitia paska tahun ini meniadakan jalan salib hidup. Semula umat protes. Termasuk suamiku. Dia paling senang mengikuti jalan salib hidup. Bahkan beberapa kali dipercayakan memerankan Yesus. Maklum suamiku seperti pemeran Yesus di filem-filem yang biasa kami tonton. “Lebih menjiawai sengsara Yesus,” katanya suatu saat. Penghilangan kegiatan rutin ini menimbulkan reaksi beragam.

Minggu pertama pra paska kami lalui sudah. Puasa makan, rokok, kopi dan hal-hal lainnya oleh papanya anak-anak kuanggap wajar-wajar saja. “Mungkin papa mau merasakan penderitaan yesus puasa empat puluh hari empat puluh malam,” pikir ku. Suamiku pun begitu menikmati segala perubahan pada dirinya dengan begitu bersemangat.
Rutinitasnya di pekerjaan dan doa tidak pernah terganggu dan ditinggalkan. Bahkan papa semakin konsentrasi pada pekerjaannya. Gambar-gambar desain gereja permintaan setiap paroki yang didesainnya semakin cepat diselesaikan. Kalau selama ini bisa makan waktu berbulan-bulan karena masih mencari inspirasi bentuk dan model. Kini semuanya seperti mengalir. Bahkan beberapa kali ku coba melihat hasilnya, nampak semakin bagus. Gambar desainnya bernuansa renaisance dan bergaya romawi.
Perhatiannya padaku dan kedua buah hati kami pun semakin besar. Jika biasanya usai kerja dia begitu kecapaian dan pinginnya istirahat. Hari-hari ini semakin sering diluangkan waktunya tuk bercandaria dengan kami. Tapi tak pernah dilupakannya kebiasaan membaca kitab suci.
Minggu pra paska kedua. Suamiku kian memantapkan puasanya. Bahkan air putih yang kusiapkan di meja kerjanya serig tak dihabiskannya. Kondisi ini membuatku resah. “makan saja tidak. Setidaknya air putih bisa menjaga stamina,” keluh ku. Akhirnya aku terpaksa bicara dengannya suatu waktu. “Pa, kok airnya tidak diminum sih?”
“Oh ya. Maafin papa ya Sri.” Katanya manja padaku. “Aku terlalu sibuk sampai lupa minum.” Tapi kemudian tetap seperti itu. Airnya tidak diminum. Kekhawatiranku kian menjadi. “Pa, kenapa ya. Papa sakit ya. Kita ke dokter ya.” Ku coba mengajaknya saat kulihat kondisinya agak drop. Tapi ajakan ku ditolaknya.
“Tak apa ma. Mungkin kecapaian saja.”
Minggu ketiga prapaska. Suamiku semakin bersemangat. Beberapa kali dia kepergok sedang menghafalkan penggalan-penggalan percakapan. Seperti orang lagi mempelajari script naskah drama atau filem. Aku sempat curiga. Namun saat coba kutanyakan dia hanya tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaan. Sekali waktu dari dalam kamar terdengar suara rintihan seperti orang kesakitan dan dalam sakrat maut. Aku dibuatnya cemas. Cepat-cepat ku buka pintu ruang kerjanya. Papa agak kaget menyadari kehadiranku. Namun cepat menguasai situasi. Papa hanya berpaling sebentar kemudian kembali konsen ke gambarnya.
Minggu keempat prapaska. Fisik suamiku benar-benar kurus. Tulang rusuknya yang dulu tak nampak, kini beberapa ruasnya mulai kelihatan jelas. Kumis dan janggutnya kurang terawat kian panjang. Selama beberapa minggu ini tidak dicukurnya dan dibiarkan memanjang. Sekilas, nampak seperti pemeran Yesus dalam filem kisah penyaliban Yesus yang biasa kami tonton. “Jangan-jangan papa dipercaya kembali memerankan Yesus.” Aku sepat curiga suatu waktu.
“Pa, boleh tanya gak.” Aku beranikan diri.
“Ada apa ya ma.” Papa malah balik bertanya padaku.
“Gini pa. Lihat perubahan papa selama ini, kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan dari mama.” Kulihat ada semacam perasaan bersalah dari raut wajahnya. Tapi kemudian dengan kasih sayang dibelainya aku. Dibiarkannya aku bermanja di dadanya. Tak ada kata-kata. Pikirankuberkelana sendiri. Ku curi pandang dan ku lihat papa seolah berpikir keras. Akhirnya papa membuyarkan lamunanku.
“Ma............... sebenarnya papa dipercayakan...........”
“Pa...................ma..................di mana. Kami pulang.” Panggilan Tya putri sulungku dan Gilertho pangeran kecil ku membuyarkan dan memotong pembiacaan suamiku. Keduanya baru kembali mengikuti kegiatan di gereja. “Ada rekoleksi anggota Sekami ma,” kata si sulung Tya saat pamitan dengan adiknya mau ke gereja tadi. Suamiku tak melanjutkan. Aku bergegas menemui kedua buah hatiku. Akhirnya sampai minggu palem tiba, rahasi perubahan suamiku terus terpendam.

Minggu dini hari. Suamiku sudah bangun. Tak seperti biasanya. Kali ini, papa tampak lebih gagah dan tampak begitu bijaksana. “Bak raja orang Yahudi,” batin ku. Ku lihat papa mengeluarkan satu persatu pakaian kebesaran raja-raja jaman dahulu. Kemudian dikenakannya segala atribut kebesaran itu satu per satu. Aku terkesima memandangi suamiku. Dia sempat kikuk tahu aku sedang mengamatinya. “Salam hai raja orang yahudi,” tanpa sadar kupekikan sepku. Ternyata keduanya sudah apda bangun. Gilbertho tengah berolahraga di halaman belakang. Sedang kakaknya Tya sedang sibuk membantu Tante Marni di dapur. “Ma, Tya ama Gilbertho enta aja ya misanya. Papa dan mama duluan ada,” kata putriku saat ku melintas di lorong dapur. “Oke deh,” sahutku mengiyakan.

Keanehan semakin kuarasakn. Pasca Minggu palem dan memasuki minggu suci, suamiku mulai bertingkah aneh. Senin pukul 00.00 dinihari, aku terbangun.
enggal kata-kata orang yahudi menyambut rajanya. Suamiku terpana. Ditegornya aku yang bingung sendiri. Papa semakin nampak kebijaksanaannya. Aku dibuatnya terpana menyaksikan perubahan drastis pada diri suamiku. “Ma!!! Kok bengong. Cepetan nanti telat lho.” Aku tersadar. Lamunanku buyar. Ternyata suamiku telah rapi dengan pakaian gerejanya. “Cepat ma. Nanti keburu terlambat. Anak-anak sudah pada bangun belum”. Pertanyaan bertubi-tubi membuat aku sempat celingukan. Bergegas aku ke kamar anak-anak Keringat membasahi sekujur tubuh ku. Tak biasanya aku seperti itu. Ku tatap suamiku yang masih terbaring di samping ku. Ia begitu tenang dalam mimpinya. Ku tatapi sekujur tubuhnya tanpa jenuh-jenuhnya. Di saat kedekatan begitu tanpa jarak, aku seolah merasa ada jarak yang mulai merenggang antara suamiku dan aku. Aku seperti merasakan keanehan. Seolah kebersamaan kami semakin sempit. Perasaanku menggelora seakan mau kehilangan suami tercinta. “Ma....... kok sudah bangun.” Aku kaget dibuatnya. “Ia pa.” Sahutku sekenanya saja. “Kan baru jam satu ma. Tidur lagi ya.” Tak ku jawab ajakannya. Ku rebahkan tubuhku di sampingnya. Dipeluknya aku demikian erat. Aku begitu tenteram. Tapi................... ada perasaan aneh yang yang terus menghantuiku. Dalam keanehan rasa itu aku kembali tertidur dalam belaian kasih suamiku tercinta.

Rabu sore, mendung bergelayut menyelimuti Kota Ende. Di rumah, aku dan tante Marni sedang membereskan rumah. Beberapa perabotan sengaja ku keluarkan dari ruang tamu. “Biar kelihatan lebih luas.” Kataku kepada Tante Marni yang langsung membantuku memindahkan pertanda dia setuju. Biasanya kalau tidak setujudia selalu memberikan seribu satu alasan dan argumennya. Suamiku sejak siang tadi pamitan. Katanya ke paroki tetangga mengantarkan desain gereja yang sudah dirampungkan dua hari yang lalu. Tya dan Gil masih dia latihan persiapan akhir para putra-putri altar yang membantu pastor dalam perayaan misa try hari suci nanti. Kedua anakku sudah tiba di rumah sebelum pukul 17.30. sedangkan papa mereka belum pulang. Ku coba mengontak ke nomor HP. Tidak ada jawaban. Makan malam yang biasanya pukul 19.00 molor 30 menit. Pukul 19.30 ku putuskan makan malam dimulai tanpa kehadiran papa dan suamiku. Suasana makan malam agak berbeda. Anak-anak seperti bertanya ke mana papa mereka. Ku pimpin doa makan diikuti anak-anak dan Tante Marni. Usai makan malam ku lihat Tya membantu tantenya beres-beres di dapur. Gilbertho task kelihatan.
Pukul 01.00 dinihari ku dengar langkah kaki di luar kamar. Suamiku pulang. Dipeluknya aku degan manja dan berupaya mengalihkan perhatianku saat aku keluar menyongsongnya dengan raut penuh tanya. Memang aku yang penurut akhirnya mengikuti saja ajakan suamiku. Akupun akhirnya tertidur di pelukannya. Saat ku terbangun, suamiku sedang sibuk di ruang kerjanya. Pagi itu ia tidak ke mana-mana. Aku yang pamit bersama Tya ke pasar berbelanja keperluan harian. Sekembalinya dari pasar, kami siapkan makan seperti biasa. Saat santap siang tanpa dinyana, suamiku mengambil roti dan mengucap syukur lalu membagikannya kepada aku, Tya, Gilbertho dan Tante Marni. Aku bengong. Anak-anak dan Tante marni tak ketinggalan. Semua bengong. Namun seperti biasa, suamiku melakoninya tanpa ekspresi. Kemudian kamipun makan. Kali ini, suamiku hanya makan roti yang dipecah-pecahkan dan dibagikan separuhnya kepada kami.
Saat malam tiba, kami semua bersiap ke gereja mengikuti misa Kamis Putih. Kedua anak kami sudah duluan ke gereja. Mereka harus mempersiapkan perasayaan dengan baik. Aku dan suamiku ke gereja berjalan kaki. Suamiku begitu khusus berdoa. Usai misa, kamipun kembali dan beristirahat.
Pagi-pagi benar, ku lihat suamiku sudah bangun. Dia seperti sedang mempersiapkan segala sesuati. Tapi tak ku ketahui apa yang dipersiapkannya. Sekitar pukul 04.30 pagi, suamiku pamit. “Ma, aku ke gereja ya. Entarkan jalan salibnya jam enam. Kalau papa telat, ma langsung aja nyusul ke gereja ya.” Pamit suamiku saat aku terus memperhatikannya. Pukul 05.30 aku bergegas ke gereja. “Biar kebagian tempat duduk di dalam gereja,” pikirku. Biasanya pada hari raya begini umatnya membludak. Kalau terlambat bisa tidak kebagian tempat duduk. Saat tiba di gereja, aku kebingungan. Ku lihat, umat pada berada di luar gereja. Lokasi gereja yang semalam polos, kini sudah ditata sedemikian rupa. “Kan tidak ada jalan salib hidup,” batinku. Tak lama berselang, komentator mulai menyapa umat dan mengajak mengarahkan pandangan ke arah timurgereja. Di sana, berdiri sepasukan bala tentara Rowami yang sedang menyeret dan memukuli Yesus. Aku tertegun. Ku lihat suamiku dengan badanya yang kurus berdiri terhuyung-huyung dengan jubah ungu dan mahkota duri di kepala. Darah mengucur di kepalanya yang terkena tajamnya mahkota duri. Hatiku perih. Seakan melihat suamiku yang sebentar lagi wafat di palang penghinaan. Darah menembusi jubah putihnya saat perarakan dari stasi ke stasi. Air mataku menetes saat Yesus bersua dengan Bunda-Nya Maria dalam jalan salib itu. Ratapan Bunda maria menyayat hati. Aku yang paling tegas selama tahun-tahun belakangan saat digelar kisah sengsara toh meneteskan air mata juga. Segenap umat yang hadir pun ternyata meneteskan air mata haru. “Sungguh luar biasa peran yang menggugah hati.” Kini tibalah kisah penyaliban mencapai puncak Golgota. Seluruh pakaian yang dikenakan Yesus suamiku ditanggalkan. Darah segar kembali menetes dari tubuh kurus yang tampak begitu letih. Ia benar-benar kelelahan. Bukan karena peran tapi aku yakin karena fisiknya yang memang sudah sangat drop. Aku kian tak mampu menerima kenyataan ini. Paku menembus tangan suamiku. Aku seperti orang tak sadarkan diri. Histeris melihat tangan suamiku dipaku di palang penghinaan. Lalu salib ditegakan. Prajurit lalu-lalang. Tiba-tiba suara histeris berteriak. “eloy...............................eloy.................lama....sa.....ba......ta........ni...................” Suaranya kemudian lenyap dan kepalnya tertunduk. Gemuruh dan awan gelap menyelimuti. Semua umat tersentak. Sejak awal jalan salib, panas terik begitu menyengat. Namuntiba-tiba mendung datang disertai gemuruh. Selang sepuluh menit kemudian, yesus diturunkan dari salib. Disambut Bunda Maria dengan ratapan. Tak dapat ku bendung air mata ini. Namun di tengah ratapan Bunda Maria, pemeran Bunda Maria tersentak dan mengehtnikan ratapan. “Dingin,” bisiknya epada pengatur lakon yang kebetulan didekatku. Aku tersentak. Namun pengatur lakon meminta meneruskan ratapan hingga selesai dan dilanjutkan dengan adegan pemakaman jenasah Yesus. Setelah diberi parfum dan dikafani, jasd Yesus dibopong dan dibawa masuk ke gua yang telah disiapkan untuk dimakamkan.

Aku sempoyongan. Kakiku tak sanggup menahan tubuhku lagi. Suamiku telah tiada. Kedua anaku begitu terpukul kehilangan sosok ayah yang selalu jadi contoh mereka. Keluarga dan kerabat serta sahabat kenalan yang datang coba menghiburku. Mereka coba menenangkan aku dan anak-anaku. Aku tak terima. “Kenapa harus aku yang menerima cobaan ini. Kenapa harus suamiku yang diambil. Kenapa diambil dalam saat dia memerankan dengan sungguh Yesus dari Nazaret yang wafat di kayu salib. Kenapa tidak Kau ambil piala ini dari suamiku ya Allah-ku.” Aku mempersalahkan Tuhan.
Bersama kedua anakku dan atas persetujuan seluruh keluarga, kuputuskan langsung dimakamkan suamiku hari itu juga. Setelah dimandikan dan disemayamkan sejenak di rumah kami, jasad suamiku lalu dimakamkan sekitar pukul 15.30. seluruh umat yang hadir dalam upacara jalan salib nampak bergeming. Mereka langsung bersama mengantar jasad suamiku ke rumah dan mengambil inisiatif mengurus pemakamannya.

Pagi-pagi benar, aku, Tya dan Gilbertho sudah terbangun. Kami langsung menuju ke makam suamiku. Kedua anakku begitu percaya, papa mereka akan mengalami kebangkitan seperti Yesus. Keduanya berlari mendahuluiku. Setibanya di kubur papa mereka, keduanya terduduk lesu. Makam yang sebelumnya telah dicor, utuh adanya. Keduanya tak kuasa menahan tangis. Mereka kecewa, tidak ada malaikat yang mendorong batu penghalang makam papa mereka. Mereka kecewa tidak ada kebangkitan nyata bagi papa mereka. Aku mencoba tegar. Namun setibanya di makam suamiku, justru aku yang tak bisa menahan diri. Aku tersungkur lesu di atas makam suamiku tercinta. Aku meratap. Seolah Maria Bunda yesus meratapi putranya yang wafat demi menyelamatkan umat manusia. Setelah bisa menguasai diri, kami pun berdoa. Dalam doaku, Tya dan Gilbertho kami senantiasa percaya papa, dan suami tercinta telah bangkit bersama Yesus Sang Juruselamat kendati tidak ada malaikat yang menggulingkan batu kubur. Kendati suamiku dan papanya anak-anak tidak menampakan diri pada kami. Tapi kami bertiga yakin, Robertho Belarmino de Jesus telah bangkit pada hari ketiga bersama yesus dari Nazaret.


medioa april 2009.selamat pesta paska

Polisi Masih Selidiki Kasus Pengrusakan dan Pengeboman di Dolog

* Buru Dua Tersangka Pelaku Pengeroyokan
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Aparat penyidik Polres Ende hingga saat ini masih melakukan penyelidikan atas kejadian pengrusakan dan kejadian pengeboman di Dolog yang merupakan buntut dari kasus penganiayaan atas warga Paupanda yang diduga dilakukan oleh warga Dolog. Apalagi dalam kasus kejadian pengrusakan melibatkan massa sehinga polisi sulit mengidentifikasinya. Polisi juga telah memberikan pemahaman kepada kedua belah pihak untuk tidak emosional dalam menyikapi setiap persoalan. anak

Hal itu dikatakan Kepala Kepolisian Resor Ende, AKBP Bambang Sugiarto di ruang kerjanya, Senin (25/5). Kapolres Sugiarto mengatakan, dalam pendekatan dengan warga korban amuk massa, sudah disampaikan bahwa lokasi itu menjadi sasaran tunggal amuk masa karena selama ini di lokasi itu sering dijadikan tempat mangkal anak-anak yang sering kali melakukan pemalakan.

Tetap Selidiki
Dikatakan, terkait upaya mengungkap pelaku pengrusakan dan pelaku pengeboman di lokasi kejadian pada Minggu malam itu, polisi mengalami kesulitan karena massa dalam jumlah banyak. Namun, katanya, polisi akan terus melakukan penyelidikan guna mengetahui siapa oknum yang mengumpulkan massa dan melakukan pengerahan massa untuk melakukan penyerbuan. Demikian juga pelaku pengeboman pada malam itu, sejauh ini belum berhasil diidentifikasi. Polisi akan terus berupaya untuk mengindentifikasi. “Kalau ada titik terang akan ditindak.”

Dalam pendekatan dengan kelaurga korban pengrusakan, kata kapolres Sugiarto, pihaknya telah menyampaikan kepada mereka agar selalu memperhatikan tempat usaha mereka. Hal itu karena selama ini, di tempat itu biasa digunakan sebagai tempat mangkal anak-anak nakal. Anak-anak yang mangkal di tempat itu, kata dia, sering melakukan pemalakan sehingga pada kasus penyerbuan itu lokasi itu dijadikan sasaran tnggal amukan massa. Karena itu dia mengimbau kepada pemiliknya untuk selalu memperhatikan setiap anak yang mangkal di tempat itu agar tidak melakukan pemalakan dan tindakan menlanggar hukum lainnya. Selain melakukan pendekatan kepada keluarga korban, pihaknya juga turun ke Paupanda mengimbau warga untuk tidak mudah terpancing dan mempercayakan setiap proses hukum kepada aparat berwenang.

Dua Tersangka DPO
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Ende, Iptu Nugraha Pamugkas mengatakan, polisi saat ini telah berhasil menangkap dua tersangka pelaku yang terlibat dalam pengeroyokan terhadap Farid. Kedua tersangka pelaku itu sudah ditahan untuk diproses. Selain menangkap dan menahan dua pelaku ini, polisi juga masih berupaya melakukan pengejaran terhadap dua tersangka pelaku yang terlibat dalam kasus pengeroyokan di Dolog yang berbuntut terjadinya penyerangan dan pengeboman pada beberapa waktu lalu. Kedua tersangka pelaku yang sudah masuk daftar pencarian orang (DPO) Polres Ende ini sudah berhasil diidentifikasi dan diketahui tempat persembunyiannya. Polisi tingal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan penangkapan atas keduanya. Keduanya diidentifikasi melakukan pengeroyokan terhadap Ali Hasan juga warga Paupanda.

Diakuinya, dalam kasus yang terjadi di Dolog ada dua kejadian pengeroyokan. Untuk pengeroyokan pertama dengan tersangka pelaku Farid, polisi sudah berhasil menangkap dua tersangka pelaku. Sedangkan yang terlibat dalam pengeroyokan atas Ali Hasan polisi sudah berhasil mengidentifikasi pelaku dan tinggal dilakukan penangkapan. Ditanya nama kedua pelaku, Nugraha katakan pihaknya belum bisa menyebut identitas kedua tersangka pelaku karena masih dalam proses identifikasi. “Kalau sduah kita tangkap dan proses baru bisa kita buka identitas mereka.”



Warga Potulando Digigit Anjing Rabies

* Imbau Warga Ikat HPR
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Yuliana Tedenz (50) warga Kelurahan Potulando pada Sabtu, 16 Mei yang lalu digigit anjing yang tidak diketahui pemiliknya. Korban langsung diberikan suntikan anti rabies di puskesmas. Anjing yang menggigit berhasil ditangkap warga dan kepala anjing dibawa ke Dinas Pertanian dan Peternakan untuk diperiksa. Dari hasil pemeriksaan, sampel kepala anjing tersebut positif rabies.

Hal itu dikatakan Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Potulando, Agustina Kasarua di Kantor Lurah Potulando, Senin (25/5). Dikatakan, kejadian yang terjadi apda Sabtu itu bermula saat ibu Yuliana berdiri di lokasi kejadian. Tanpa disadari, anjing tersebut dari belakang dan langsung mengadangnya serta melompat dan menggigitnya. Korban digigit pada pelipis mata bagian kanan. Usai menggigit, anjing tersebut langusng lari ke arah Jalan Irian Jaya. Warga langsung mengejar dan berhasil membunuh anjing tersebut. Kepala anjing langsung dibawa ke kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan untuk diperiksa.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Kasarua, anjing yang menggigit ibu Yuliana dinyatakan positif rabies. Korban, katanya sudah diberikan suntikan anti rabies di puskesmas dan diwajibkan untuk tetap menjalani perawatan dan suntikan anti rabies. Dikatakan, pihak kelurahan dalam menyikapi kasus gigitan itu telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk dilakukan vaksinasi terhadp anjing. Namun, katanya, dari pihak dians mengatakan stok vaksin saat ini tidak ada.

Keluarkan Himbauan
Lurah Potulando, Fredy Try Marhanto menyikapi kasus gigitan yang menimpa warganya langsung mengeluarkan pengumuman. Merujuk surat kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan peternakan perihal hasil uji laboratorium terhadap kasus gigitan anjing positif rabies di RT 03/ RW 03 kelurahan Potulando maka disampaikan kepada seluruh warga bahwa yang mempunyai atau memelihara hewan penular rabies (HPR) seperti anjing, kucing dan monyet untuk segera mengingat dan mengamankan HPR tersebut terutama anjing sebagai hewan yang berpotensi besar terjangkit rabies. Ditegaskan, jika ditemukan anjing yang lepas dan berada di luar pekarangan rumah, anjing tersebut dikategorikan sebagai anjing liar dan semua warga berhak membunuhnya atau membinasakan anjing tersebut.

Lurah Marhanto juga mengimbau kepada warga Potulando yang digigit HPR agar segera melaporkan kepada pihak kelurahan atau puskesmas terdekat. Dia meminta warga yang memiliki HPR agar sesegera mungkin dapat melakukan penertiban atas hewan peliharaan masing-masing.



Ketua BPD dan Kepala Desa Sokoria Dinilai Membohongi Masyarakat

* Minta Polisi Panggil Ketua BPD, Kades dan Mantan Inspektur Inspektorat
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Pernyataan Ketua Badan perwakilan Desa (BPD), Kepala Desa Sokoria, Inspektur Inspektorat Kabupaten Ende serta tim teknis dari Dinas Pekerjaa Umum yang menyatakan bahwa jalan di Sokoria-Demulaka dikerjakan sangat bagus dan tidak ada kerusakan merupakan pernyataan menyesatkan. Mereka dinilai telah membohongi masyarakat dengan membuat pernyatraan seperti itu. Oleh karena itu, aparat penyidik baik polisi maupun jaksa agar memanggil mereka guna dimintai keterangan karena dinilai ikut berkonspirasi dalam persoalan proyek jalan tersebut.

Hal itu dikatakan anggota Fraksi PKP Indonesia DPRD Ende, Renggu Sirilus di DPRD Ende, Sabtu (23/5) menanggapi pernyataan mereka terkait persoalan jalan Sokoria-Demulaka di kecamatan Ndona Timur yang menurut mereka sangat baik dikerjakan oleh rekanan Maximus Deki dari CV Kariber Karya.

Tidak Sesuai Kondisi Ril
Menurut Sirilus, pernyataan Kepala Desa Sokoria, Arkadius Soba Poa dan Ketua BPD Sokoria, Benediktus Deo adalah pernyataan pribadi keduanya karena pernyataan yang dibuat itu tidak mewakili masyarakat di Sokoria. Apalagi, pernyataan yang dilontarkan keduanya itu sama sekali tidak sesuai dengan kondisi ril yang ada di lapangan. “jadi pernyataan. Kenapa keduanya sampai membuat pernyataan seperti itu. Jangan sampai pernyataan itu dititip oleh orang-orang tertentu agar kasus ini jangan diteruskan. Itu kekhawatiran saya.”

Ditegaskan dia bahwa proyek yang dikerjakan oleh Maxi Deki dari CV kariber Karya itu banyak titik yang rusak. Perbaikan seperti yang dikatakan bahwa telah dilakukan itu pun terkesan hanya untuk menyenangkan hati masyarakat. Sedangkan dari sisi kualitas fisiknya sangat memprihatinkan. Dia memeprtanyakan indikator apa yang digunakan oleh kepala desa, ketua BPD, pihak Inspektorat dan Dinas PU sehingga menyatakan proyek tersebut bagus dikerjakan oleh kontraktor pelaksana bahkan sampai mengatakan tidak ada permasalahan dalam penegrjaan proyek itu.

Indikasi Merugikan Negara
Fakta di lapangan, kata Sirilus sudah ada indikasi kerugian negara yang terjadi dalam pengerjaan jalan Sokoria-Demulaka ini. Untuk itu, katanya, polisi dan jaksa diminta segera panggil kontraktor pelaksana. Tidak saja kontraktor, katanya, tetapi polisi dan jaksa juga diminta memanggil kepala desa, ketua BPD dan mantan Inspektur Inspektorat, Anton David Dalla serta tim teknis Dinas PU untuk dimintai keterangan. Kenyataan di lapangan, ada beberapa hal yang perlu ditelusuri kembali seperti pengerjaan aspal yang terkesan asal jadi karena tebal aspal juga diragukan dan terkesan hanya asal siram untuk mengelabui mata masyarakat. Selain itu, pengerjaan rabat beton juga patut dipertanyakan dan dikhawatirkan mutu jalan yang dikerjakan tidak sesuai yang diharapkan.

Menurut Sirilus, sikap ketua BPD, kepala desa, pihak Inspektorat dan tim teknis dari PU yang membela kontraktor pelaksa dari CV Kariber Karya adalah sebuah konspirasi dan kolusi yang mulai dibangun dengan mengatakan proyek tersebut tidak bermasalah. Dia juga meminta bupati untuk segera memanggil kepala desa dan ketua BPD untuk mempertanyakan sikap mereka atas persoalan ini. “Bila perlu mereka diberhentikan sementara dulu selama proses kasus ini.”

Curiga Ada Rekayasa
Ketua Fraksi PKP Indonesia di DPRD Ende, Agil Parera Ambuwaru di kediamannya, Sabtu sependapat dengan sikap yang disampaikan Renggu Sirilus. Ambuwaru juga mendesak aparat penyidik untuk memanggil kepala desa, ketua BPD dan David Dalla untuk dimintai keterangan. Dia mencurigai sudah ada rekayasa dalam kasus ini agar tidak mencuat ke permukaan atau diproses hukum. Dikatakan, dalam pernyataan baik kepala desa, ketua BPD dan Inspektur Inspektorat David Dalla sudah secara terimplisit atau diam-diam mengakui adanya kerusakan namun sudah diperbaiki. Menurutnya, jika sudah mengakui adanya kerusakan, yang perlu dicari tahu adalah kenapa sampai proyek itu sudah rusak padahal baru dikerjakan dan rusak dalam masa pemeliharaan. Ambuwaru menilai, jika proyek itu dikerjakan dengan mutu yang bagus, setidaknya rusak setelah amsa pemeliharaan namun kondisi yang ada ternyata lain. “Proyek sudah rusak setelah baru habis dikerjakan dan masih dalam masa pemeliharaan.”

Dikatakan, mengingat para pihak yang secara tidak langsung telah membela kontraktor pelaksana yang dinilai kerja asal jadi itu telah mengakui adanya kerusakan yang sudah diperbaiki maka polisi harus periksa mereka-mereka yang telah akui adanya kerusakan dan mengakui bahwa sudah diperbaiki. “Mereka (kades, ketua BPD, mantan Inspektur Inspektorat dan tim teknis Dinas PU) harus diperiksa.”

Jelas Merupakan Temuan
Ambuwaru juga mempertanyakan pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor. Menurutnya jalan yang dikerjakan sepanjang 1400 meter namun dalam pelaksanaannya 1200 meter diaspal sedangkan 200 meter dikerjakan dengan rabat beton. Jika pengerjaan rabat beton tidak ada dalam kontrak maka jelas itu merupakan penyimpangan dari kontrak kerja dan jelas merupakan temuan. Apalagi, katanya, para pihak mengakui bahwa kontraktor selain mengerjakan sesuai kontrak juga mengerjakan tembok penyokong proyek asmara yang mulai rusak. “Itu juga masalah kalau menyimpang dari kontrak. Siapa yang perintahkan untuk kerja. Justru itu membuat kontraktor tidak lagi erkonsentrasi kerja apa yang ada dalam kontrak sehingga proyek utama jadi terbengkalai.”

Terkait penilaian kepala desa dan ketua BPD bahwa persoalan itu sudah dipolitisir, Ambuwaru katakan bahwa proyek itu dikerjakan dari dana daerah dan merupakan dana masyarakat. Pengalokasian anggaran untuk proyek itu merupakan suatu proses di mana dalam proses itu DPRD terlibat di dalamnya. Proyek itu dibahas dan ditetapkan oleh lembaga Dewan yang adalah lembaga politik. Maka jika proyek itu dibicarakan dalam ranah politik bukan dipolitisir tetapi sudah merupakan suatu keharusan dibicarakan dalam wilayah politik karena penetapannya melalui proses politik di DPRD. “Wajar kalau kami bicarakan secara politik.” Lagipula, katanya, apa yang dibicarakan Dewan itu bukan untuk mempolitisir proyek itu namun karena ada temuan Dewan dan tugas Dewan untuk mengawasi jalannya setiap kegiatan pembangunan di daerah ini. “Justru yang kita pertanyakan pengawasan dari kepala desa dan ketua BPD. Apakah di kontrak proyek mereka masuk tim pengawasan?” tanya Ambuwaru.



KPUD Tunda Penetapan Daftar pemilih Tetap Pemilu Presiden

* Penetapan baru Dilakukan pada 28 Mei
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Ende mengundur jadwal penetapan daftar pemilih tetap yang menurut jadwal dilaksanakan pada 24 Mei 2009. penetapan DPT sesuai jadwal baru akan dilaksanakan pada 28 Mei mendatang. Pengunduran penetapan DPT itu dilakukan guna memberikan waktu kepada wajib pilih yang belum terdaftar untuk mendaftarkan diri selama masa waktu tersisa ini langsung ke KPUD.

Hal itu dikatakan Ketua KPUD Ende, Fransiskus AR Senda di ruang kerjanya, Sabtu (23/5). Menurutnya, pengunduran diri itu tidak saja untuk Kabupaten Ende tetapi berlaku untuk seluruh Indonesia. Penundaan itu merujuk surat keputusan KPU Nomor 918/KPU/V/2009. penundaan penetapan DPT itu dilakukan untuk memberi peluang untuk masa pemutahgiran daftar pemilih sementara dan pengumulan/rekapitulasi DPT diperpanjang.

Dia berharap, dengan perpanjangan masa pemutahiran data pemilih sementara ini benar-benar dimanfaatkan oleh wajib pilih yang belum terdaftar untuk mendaftarkan diri. Jika masyarakat wajib pilih tidak dapat mendatangi KPUD yang saat ini telah membuka posko pendaftaran pemilih, wajib pilih dapat emndatangi PPS dan PPK. Dengan perpanjangan masa pendaftaran dan pemutahiran data pemilih ini, diharapkan semua warga wajib pilih dapat didaftarkan untuk bisa menggunakan hak pilihnya pada pelaksanaan pemilu presiden 8 Juli mendatang. KPUD, katanya telah membuka posko pengaduan guna menerima pendaftaran warga wajib pilih yang belum terdaftar. Toleransi pendaftaran diberikan sampai 28 Mei.

Berpikir Positif
Dikatakan, jika sampai sekarang belum ada warga yang mendatangi posko untuk mendaftarkan diri, Senda mengatakan pihaknya tidak berpikir negatif. Pihaknya selalu berpikir positif belum adanya warga yang datang mendaftar ke posko pengaduan dimungkinkan karena semua warga wajib pilih telah terdaftar semuanya di PPS dan PPk masing-masing.

Dijelaskan, untuk pemutahiran data pemilih pemilu presiden tingkat Kabupaten Ende, sejauh ini semua kecamatan sudah memasukan data pemilih sementara yang telah diumumkan dan telah dilakukan pemutahiran. Dari semua kecamatan tersebut, diminta selain menyerahkan hard coppy data pemilih sementara hasil pemutahiran data, juga diminta menyerahkan soft coppynya. Untuk hard coppy, sejauh ini semua kecamatan telah memasukan namun untuk soft coppy masih ada satu kecamatan yang hingga Sabtu belum memasukan ke KPUD. Kecamatan Ende Selatan sudah diminta untuk memasukan namun hingga kini belum diserahkan ke KPUD soft coppy data pemilih semenara hasil pemutahiran.

Sudah Bagus
Siprianus S, warga Kelimutu kepada Flores Pos mengatakan, sejauh ini dia melihat proses pendataan pemilih untuk pemilu presiden sudah berjalan bagus. Dia yang apda pemilu lalu tidak terdaftar sudah didata kembali untuk mengikuti pemilu presiden. Dia juga berharap, KPUD lebih sigap lagi dalam melakukan pendataan pemilih dengan melibatkan aparat pemerintah sampai ke tingkat bawah. KPUD harusnya menyadari bahwa yang lebih tahu kondisi warga di setiap tingkatan adalah pemerintah sehingga dalam proses pendataan seperti ini pemerintah harus dilibatkan.

Sipri juga menyoroti keterlibatan Panitia Pengawas (Panwas) Pemilu dalam melakukan pengawasan. Seharusnya, panwas pemilu sudah mengawasi pelaksanaan pemilu sejak proses pendataan pemilih sehingga Panwas juga punya data jumlah pemilih baik wajib pilih maupun jumlah penduduk. Hal itu perlu agar Panwas bisa tahu berapa wajib pilih yang gunakan hak pilih dan yang tidak gunakan hak pilih. “Kalau panwas tidak punya data pembanding nanti mudah dikibuli.”



Mutasi Pejabat Eselon II dan III Dinilai Tidak Profesional

* Penurunan Eselonering Tidak Proporsional
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Langkah mutasi jabatan untuk pejabat eselon II dan III lingkup Pemerintah Kabupaten Ende yangh dilakukan pemerintah dinilai berjalan tidak profesional. Penempatan pejabat belum dilakukan secara proporsional. Daftar urutan kepangkatan (DUK) seharusnya tidak menjadi satu-satunya acuan dalam proses mutasi namun harus pula melihat kemampuan pejabat dimaksud mengingat pejabat yang junir belum tentu kemampuannya dibawa pejabat senior.

Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi A DPRD Ende, Fransiskus Taso di Kantor DPRD Ende, Senin (25/5). Berbicara soal penempatan pejabat berdasarkan DUK, kata Taso patut didukung karena hal itu berdasarkan aturan. Namun, katanya, dalam proses penempatan pejabat DUK bukan segalanya namun harus ada pertimbangan khusus lainnya dalam penempatan pejabat apalagi DUK tidak dapat digunakan untuk mengukur kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Bahkan, kata Taso, dalam merujuk pada DUK tidak serta merta pejabat yang karena senior namun tidak memiliki kemampuan harus dipromosikan. Karena menurut Taso, kendati junior, namun terkadang kemampuan pejabat yang junior melebihi pejabat senior yang jika hanya berdasarkan DUK harus diprioritaskan namun dari segi kemampuan masih diragukan.


Tidak Semua Penuhi Syarat
Taso menilai, dalam pengangkatan pejabat eselon II dan III yang dilakukan dan dilantik bupati pada Jumad (22/5) lalu, tidak semua pejabat yang dimutasi memenuhi persyaratan dan belum semuanya mengikuti DUK yang ada. Menurutnya, jika belum ada pejabat yang memenuhi syarat sesuai DUK dan syarat-syarat lainnya maka pemerintah harus berani mengambil pejabat dari luar Ende yang memenuhi syarat. Pemerintah hendaknya tidak memaksakan pejabat yang belum memenuhi persyaratan untuk duduk pada jabatan tersebut. Karena itu dia menilai, penempatan pejabat belum sepenuhnya dilakukan sesuai Duk dan aturan yang berlaku sehingga slogan the right man and the right peach belum sepenuhnya dilaksanakan.

Dikatakan, dalam proses penempatan pejabat pada SKPD, harus ada kontrak politik dengan pejabat yang bersangkutan. Kontrak politik itu, menurut Taso dapat dijadikan alat evaluasi bagi pejabat dimaksud apakah sudah menjalankan tugas sesuai kontrak atau tidak. Penilaian kinerja itu nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam promosi pejabat dimaksud ke depan. Dia juga mengatakan, dalam penempatan pejabat pada staf ahli bupati, ada beberapa pejabat yang sebenarnya masih dapat dipertahankan memimpin SKPD. Apalagi, kata dia, ada pejabat yang disekolahkan pemerintah namun setelah itu malah ditempatkan di staf ahli.

Tindakan Indispliner
Menyangkut penurunan eselonering pejabat dalam proses mutasi pejabat Eselon II dan III itu, Taso menilai patut dipertanyakan. Komisi A akan meminta klarifikasi dari pemerintah alasan-alasan penurunan jabatan eselonering para pejabat tersebut. Menurutnya, penurunan jabatan dalam pemerintahan adalah hal yang wajar namun hal itu dapat ditolerir sepanjang pejabat dimaksud melakukan tindakan indisipliner yang tidak dapat ditoleriri sehingga dapat menyebabkan penurunan jabatan satu atau dua tingkat dibawahnya. Menurut pengatamannya, para pejabat yang diturunkan eseloneringnya itu selama ini tidak pernah melakukan tindakan indisipliner sehingga menyebabkan jabatan mereka diturunkan. Kalau dikatakan kenaikan jabatan mereka pada pemerintahan lalu dilakukan tidak memenuhi syarat, seharusnya bukan pejabat tersebut yang disalahkan. Sebagai PNS mereka loyal menerima jabatan yang dipercayakan. “Jadi harusnya kalau dipersalahkan bukan pejabatnya yang kena sanksi turun jabatan.”

Dia juga menilai, proses mutasi yang dilakukan ini terlalu cepat dilakukan oleh pemerintahan di bawah kepemimpinan Bupati Don Bosco M Wangge dan Wakil Bupati Achmad Mochdar yang baru dilantik 7 April 2009 yang lalu. Minimal, kata dia, dibutuhkan kajian yang mendalam dari tim Baperjakat (badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan). Kendati dalam proses ini, kewenangan sepenuhnya ada di tangan bupati tetapi dalam proses ini perlu juga adanya masukan-masukan karena bupati tidak mungkin bisa menyusun sendiri penempatan pejabat eselon II dan III.

Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Ende, Bernadus Guru yang juga Asisten III Setda Ende belum dapat ditemui. Saat Flores Pos hendak berupaya menemui beliau di ruang kerjanya, melalui staf di ruang kerjanya, Bernadus Guru mengatakan belum bisa diwawancarai wartawan dan masih butuh waktu istirahat. Dia meminta Flores Pos untuk bersabar apalagi kewenangan mutasi sepenuhnya ada di tangan bupati.

Sesuai DUK
Bupati Ende, Don Bosco M Wangge dalam sambutannya saat melantik pejabat eselon II dan III di lantai dua kantor bupati, Jumad (22/5) menegaskan terdapat empat prioritas yang dikedepankan dalam kepemimpinan yakni reformasi birokrasi, penegakan supremasi hukum, peningkatan kualitas pelayanan dan pembangunan. Terkait reformasi birokrasi, katanya, akan disusul dengan perampingan birokrasi dan penyesuaian jabatan. Pada mutasi yang lalu, hanya mengacu pada kemauan indifidu tanpa merujuk pada aturan. Mutasi, kata dia hanya atas kemauan Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Banyak pejabat senior yang dikesampingkan dan pejabat junior yang dipercaya menduduki jabatan. Mutasi kali ini, tegasnya, disesuaikan dengan daftar urutan kepangkatan (DUK) yang selama ini diplesetkan menjadi daftar urutan keluarga atau daftar urutan kedekatan.

Ditegaskan, dalam mutasi ini, terdapat tiga pejabat yang baru golongan IV-A dipercayakan menempati jabatan eselon II. Ketiganya, kata dia mempunyai kemampuan dan keahlian khusus seperti di Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum dan Dinas Perikanan dan Kelautan. Penempatan pejabat, didasarkan pada kompetensi yang dimiliki dan dipandang cakap. Sesuai dengan syarat jabatan seperti DUK dan setelah melihat DUK akhrinya melakukan penataan ulang dan mengembalikan pada habitatnya.